Deklarasi sebagai 'Panglima Tani', Moeldoko Kenalkan Bibit Unggul Padi

Jepretan layar - Moeldoko, Kepala Staf Presiden, dalam satu adegan film pendek "Air Susu Kau Balas Air Teh" yang diunggah di satu kanal Youtube.
Sumber :
  • Youtube/WOKO CHANNEL

VIVA Nasional – Sebuah video Youtube berdurasi 42.27 detik beredar di media sosial. Judulnya "Air Susu Kau Balas Air Teh". Diunggah di akun bernama "WOKO CHANNEL". Hanya ada keterangan "Ora Guyu Ora Waras" pada bagian "Tentang" kanal tersebut. Itu kalimat bahasa Jawa yang berarti "Tidak tertawa berarti tidak waras". 

Moeldoko: Otonomi Daerah Harus Lanjutkan Pembangunan Visi Jokowi

Mula-mula terdengar satu alunan musik dari gitar ukulele, namun segera muncul pemandangan dari angkasa satu persimpangan jalan dengan bangunan persegi empat menjulang setinggi dua puluh lima meter di tengahnya. Bangunan di pusat pertemuan lima jalan itu dinamai Monumen Simpang Lima Gumul. Terletak di Kediri, Jawa Timur.

Video tersebut sesungguhnya semacam film pendek yang menampilkan aktivitas keseharian warga perdesaan di Kediri. Latarnya dari mulai jalan-jalan desa, toko kelontong, sawah dan ladang, sesekali satu area luas dengan pepohonan hijau. Semuanya diperankan oleh warga setempat, tidak ada aktor dan aktris bintang film kenamaan. Semua dialognya dalam bahasa Jawa.

Kementan Gencarkan Pompanisasi dan Olah Tanah serta Percepat Tanam Padi

Namun, pada menit ke-42 dan detik ke-27, muncul tokoh pria, dengan kaus oblong dan topi posisi terbalik, dari balik pohon di pematang sawah. Wajahnya sebenarnya lebih dikenal sebagai seorang pejabat negara. Dia pernah menjabat panglima TNI, pada 2013-2015, di antara masa akhir pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono pada masa tahun pertama pemerintahan presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Moeldoko. Kini dia menjabat sebagai Kepala Staf Presiden. Kemunculannya dalam film pendek itu seolah-olah tak terduga, ketika dia hendak diusir oleh seorang pria tambun dan berkumis tebal gara-gara keberadaannya menghalangi jalan.

Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi, Untungkan Petani

Si pria tambun segera mengenali pria berkaus oblong dan bertopi terbalik itu. Dia memanggilnya "Kang Mul". Mereka lantas berbincang-bincang di pematang sawah, membahas tanaman padi dan jagung di sawah itu.

Moeldoko bercerita, setelah pensiun dari militer dan mengakhiri tugasnya sebagai panglima TNI, dia menggeluti dunia pertanian hingga didaulat sebagai ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Dia memperkenalkan satu hasil riset timnya di HKTI sebuah produk benih padi unggulan yang diberi nama M-70-D.

Masa tanam padi dengan bibit andalan itu, kata Moeldoko, hanya 78 hari, jauh lebih pendek dari umur rata-rata padi yang mencapai 110-120 hari. Tetapi, hasil panen M-70-D, dia mengklaim, 9 ton per hektare. Karena benih yang bagus, ditambah metode tanam yang bagus pula, hasilnya akan jauh lebih melimpah.

Si pria tambun menyela penjelasan Moeldoko, memohon agar diberi juga benih padi unggulan tersebut. Namun, Moeldoko segera mengoreksi nama panggilan "Kang Mul" yang diucapkan pria tambun itu. "Sebentar, sebentar," katanya menghentikan ocehan lawan bicaranya. "Panggil aku apa? 'Panglima Tani', sekarang," ujarnya, lantas tertawa terbahak-bahak, dan berjanji akan memberikan bibit padi M-70-D.

Moeldoko mengingatkan, dia dan sahabatnya itu hidup di lingkungan pertanian dan, karena itu, harus lebih giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. "Apalagi di tengah-tengah isu krisis makanan di dunia," ujarnya. "Petani harus tanam apa aja; jangan lagi teriak, [misalnya] cabai mahal, jangan lagi teriak bawang merah mahal; kita bisa menanam."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya