Stafsus Presiden Sebut Plastik Singkong Bisa Jadi Solusi Masalah Sampah Plastik

Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Diaz Hendropriyono
Sumber :

VIVA Nasional – Masalah sampah plastik hingga kini masih menjadi persoalan di dunia, termasuk di Indonesia. Staf Khusus Presiden, Diaz Hendripriyono mengatakan, walau plastik ini bisa terurai hingga ratusan tahun, tetapi tetap meninggalkan jejak berupa mikroplastik.

Nyamannya Naik Gunung Terbersih di Indonesia

Itu dikatakan Diaz, saat menghadiri Silaturahmi Industri Hijau, di kawasan Cikupa, Tangerang, Banten. 
“Walaupun sampah plastik bisa terurai setelah puluhan hingga ratusan tahun, tetapi tidak akan benar-benar hilang karena berubah menjadi mikroplastik: partikel kecil yang tidak terlihat mata dan akan berakhir di paru-paru kita,” kata Diaz Hendropriyono, dalam keterangannya, Selasa 18 Oktober 2022.

Acara Silaturahmi Industri Hijau, juga dihadiri Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama, Ketua Umum Persatuan Purnawirawan TNI-AD (PPAD) Letjen TNI (Purn) Doni Monardo, Dahlan Iskan, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin Doddy Rahadi, dan para pelaku industri hijau di tanah air.

Pemkot Tangsel Tiap Hari Berjibaku Atasi 1000 Ton Sampah, Benyamin: Persoalan yang Serius

Diaz menjelaskan, bagaimana sampah plastik menjadi persoalan yang cukup besar bagi Indonesia. Terutama sampah yang mencemari laut saat ini. 

"Indonesia telah menjadi negara ke-2 terbesar di dunia dalam mencemari lautan dengan sampah plastik. Saya sangat sepakat dan mendukung pernyataan Pak Tommy (CEO Greenhope), bahwa tidak ada solusi tunggal untuk permasalahan sampah plastik. Hal yang seharusnya kita dorong adalah kolaborasi dan sinergi seluruh pemangku kepentingan,” jelas Diaz.

Peringati Hari Bumi Sedunia, IMIP Tanam 1.000 Pohon Pelindung

Sampah plastik di lautan, akan menjadi mikroplastik. Ini cukup berbahaya. Sebab akan ikut dikonsumsi oleh ikan, dan ikan-ikan tersebut dikonsumsi manusia. Dia mengasumsikan, manusia rata-rata dalam seminggu mengonsumsi mikroplastik sebesar ukuran kartu kredit. 
Bahkan menurutnya, ini yang cukup mengkhawatirkan ketika ada penelitian yang telah menemukan mikroplastik di dalam plasenta bayi yang baru dilahirkan. 

Dalam acara tersebut, disampaikan aksi 3R (reduce, reuse, recycle). Program ini akan terus dijalankan, sementara R ke-4: return to earth, harus terus dikembangkan.

Termasuk lanjutnya, seperti yang dilakukan Greenhope, yaitu pengembangan produk plastik berbahan baku singkong. Informasinya, produk ini telah mendapatkan paten di berbagai negara seperti Amerika dan Singapura. Juga menjadi kemasan di berbagai produk komoditas pangan yang diekspor ke berbagai negara di Eropa. 

“Indonesia berkesempatan emas menjadi yang terdepan di bidang ini," kata CEO Greenhope Tommy Tjiptadjaja.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya