Warga Cianjur Korban Gempa Minta Direlokasi oleh Pemerintah

Pengungsi korban gempa di RT 4/3 Kampung Kadu Gede, Desa Wangunjaya, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, Minggu, 27 November 2022.
Sumber :
  • ANTARA/Ahmad Muzdaffar

VIVA Nasional – Warga RT 4/3 Kampung Kadu Gede, Desa Wangunjaya, Cugenang, Cianjur, Jawa Barat, meminta pemerintah agar merelokasi tempat tinggal mereka setelah bencana gempa.

Punya Banyak Proyek Properti di Bandung Raya, APLN Pede Kuasai Pasar Jawa Barat

"Harapannya pemerintah itu segera merelokasi kami, gitu. Apakah kami harus pindah dari sini atau enggak, kalau enggak, ya, mudah-mudahan Menteri PUPR segera memberikan bantuan pada kami supaya kami bisa memiliki rumah kembali gitu aja," ujar Ketua RT 4/3 Kampung Kadu Gede, Yani, Senin, 28 November 2022, dilansir dari ANTARA.

Yani mengharapkan relokasi tersebut dapat berjalan secepatnya. Sebab warga dengan 57 Kepala Keluarga (KK) tidak ingin terus-menerus tinggal di dalam tenda yang dibangun secara swadaya tersebut.

Istri Wali Kota Bogor Ajak Masyarakat Dukung Produk Lokal

Tim Satwa Polri cari korban gempa Cianjur yang bergelantungan di pohon.

Photo :
  • Dok. Polri.

Selain itu Yani mengatakan rata-rata rumah keluarga mengalami rusak berat, dan ambruk akibat gempa. Namun, ada beberapa rumah warga yang berbentuk rumah panggung, sehingga kerusakan tidak terlalu parah.

Jasad Ibu dan Dua Anak Korban Longsor di Garut Ditemukan

Kondisi jalanan kampung tersebut sangat licin begitu hujan deras. Selain itu jalur masuk kampung terputus sehingga mobil tidak bisa lewat karena gempa.

Hal itu mengakibatkan terbatasnya stok makanan. Dua hari setelah gempa, Yani mengatakan seluruh warga bergotong-royong memenuhi kebutuhan makanan. Mereka terpaksa menjatah beras 1 liter per KK, hingga bantuan pangan dapat masuk ke wilayahnya.

Tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah korban gempa Cianjur yang tertimbun longsor di RT 03 RW 01 Kampung Cugenang, Desa Cijedil, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Sabtu, 26 November 2022.

Photo :
  • ANTARA/Laily Rahmawaty

Selama enam hari, suasana pada malam hari masih gelap gulita, dengan penerangan seadanya yang hanya ada di tenda pengungsian. Ditambah lagi, frekuensi hujan yang cukup sering dan lebat, serta gempa susulan juga mempersulit warga untuk mendapatkan bantuan, serta bertahan di tenda-tenda yang dibangun dengan terpal seadanya.

"Air sulit juga, soalnya kebanyakan sudah enggak bisa terpakai lagi, jadi akhirnya terkendala air bersih. Maksudnya untuk MCK (mandi, cuci, kakus), begitu," ujar Yani. (ant)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya