Bayi Meninggal Pendarahan di RSUD Labuang Baji Makassar, Orangtua Curiga Malapraktik

Seorang pria menggendong jasad bayi anaknya yang dia curigai meninggal dunia akibat malapraktik hingga mengalami pendarahan saat dirawat di RSUD Labuang Baji, Makassar, Sulawesi Selatan.
Sumber :
  • VIVA/Supriadi Maud

VIVA Nasional – Kasus meninggalnya bayi laki-laki berusia 1 bulan 21 hari berinisial AF di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, diduga karena malapraktik. Hal itu diungkap oleh orangtua bayi malang tersebut.

Oknum Anggota Polisi di Bone Pakai dan Edarkan Sabu-sabu ke Warga

Ayah AF, Aco Sukri, menuturkan bahwa pendarahan hebat itu terjadi kala putranya dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Labuang Baji. Saat itu, salah satu oknum perawat terlihat menangani anaknya dengan berulang kali menyuntik lengan kanan bayinya. Menurut Aco, oknum perawat itu terus menyuntik bayinya karena tidak berhasil menemukan titik nadi untuk diambil sampel darahnya. 

"Waktu itu sementara di IGD. Terus ada perawat yang suntik untuk dikeluarkan darahnya diambil sampel. Tapi itu perawat kesusahan jadi dipanggil temannya untuk bantu. Setelah beberapa kali pindah titik untuk disuntik baru ada darahnya. Tidak lama setelah itu tiba-tiba anak saya pendarahan," kata Aco kepada awak media, Selasa, 28 Januari 2023.

Update Korban Tewas Banjir dan Longsor di Luwu jadi 13 Orang, Berikut Daftar Namanya

RSUD Labuang Baji, Makassar, Sulawesi Selatan.

Photo :
  • VIVA/Supriadi Maud

Aco menyebut, kuat dugaan kasus yang menjadikan korban anaknya karena adanya malapraktik yang dilakukan oleh pihak rumah sakit. Hal itu diduga kuat lantaran penanganan yang diberikan oleh perawat dan dokter yang ada saat itu tidak berhasil menghentikan pendarahan terhadap sang bayi.

Dorman Borisman Sempat Amputasi Kaki Sebelum Meninggal Dunia

"Kami di keluarga menduga kuat begitu (malapraktik). Karena waktu pendarahan cukup berlangsung lama, dan mereka tidak bisa hentikan. Mereka cuma suruh tutup saja pakai perban. Sementara kalau perbannya dibuka lagi itu darah keluar terus seperti orang habis teriris pisau," kata Aco.

Kronologi

AF dibawa ke RSUD Labuang Baji pada 27 Januari 2023. Aco melarikan anaknya ke rumah sakit pemerintah itu karena menderita kelainan usus. Setibanya di IGD, sang bayi ìtu mengalami pendarahan di lengan kanannya yang tak kunjung berhenti hingga meninggal dunia pada sore esok harinya.

"Sempat ditransfusi darah kasian. Padahal masih bayi. Saking banyaknya darah yang keluar. Jadi pas anak saya meninggal baru berhenti juga keluar itu darah dari lengan kanannya," katanya. 

Dia sangat menyayangkan penanganan yang diberikan oleh dokter dan perawat yang berada di RSUD. Sebab, saat anaknya AF menjalani perawatan intensif di ruang perawatan dan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Labuang Baji para perawat dan dokter tekesan lamban, bahkan dokter terkesan tidak siap ketika ada pasien gawat.

Ilustrasi bayi.

Photo :
  • ISTOCK/BBC.com

Aco mengaku ikhlas atas kepergian putra sulungnya itu untuk selama-lamanya. Hanya, Aco juga mengaku akan mendiskusikan kejadian ini dengan pihak keluarga untuk mengambil langkah hukum karena penanganan yang diberikan oleh RSUD Labuang Baji terkesan tidak profesional.

Sebelumnya diberitakan, seorang bayi berinisial AF di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) meninggal dunia saat ditangani oleh petugas medis di RSUD Labuang Baji, Makassar.

Alasan RSUD

RSUD Labuan Baji melalui Komite Medic RSUD Labuan Baji dr Ummu Atia menberikan klarifikasi tentang kasus  tersebut. Kata dia, bayi AF merupakan pasien yang dirujuk dari Rumah Sakit Pertiwi Makassar. Almarhum awalnya masuk di IGD RSUD Labuan Baji pada pukul 17.00 WITA, Senin, 28 Februari. Saat itu keluhannya Almarhum mengalami sumbatan di usus bawah.

“Jadi pasien anak ini awalnya masuk di IGD. Karena rujukan dari RS Pertiwi Makassar. Saat kami terima ada foto rontgen dari rumah sakit sebelumnya, di situ terlihat adanya sumbatan di usus bawah,” kata Ummu kepada wartawan, Selasa, 28 Februari.

Ummu menyebut, tekanan darah Hemoglobin (HB) pasien tersebut hanya menunjukkan 6 sementara dalam sejatinya bayi yang usianya seperti demikian harusnya HB-nya 12. Berangkat dari situ, RS menangani bayi tersebut dengan melakukan transfusi darah.

“Di RS sebelumnya kan sudah ambil sampel darah dari sebelah kiri, jadi kami di Labuang Baji diambil dari sebelah kanan,” katanya.

Tak ada penyuntikan

Di tempat yang sama, Dokter Spesial Bedah Anak RSUD Labuang Baji dr Munawir menanggapi dugaan salah suntik. Dia menegaskan informasi yang beredar itu merupakan hal yang keliru. Menurutnya, para petugas medis tidak ada melakukan aktivitas penyuntikan ke korban.

“Jadi di sini kami juga beri klarifikasi jika hal tersebut murni bukan salah suntik. Jadi memang posisinya pada bekas pengambilan sampel darah di rumah sakit sebelumnya (RS Pertiwi), itu yang berdarah dan itu kita hentikan,” katanya.

Munawir mengaku pihaknya telah merawat pasien tersebut sesuai dengan SOP. Sehingga, dia pun memastikan jika pasien anak itu meninggal dunia di RS Labuang Baji bukan karena salah suntik.

“Kita udah beri penanganan awal pendarahan itu dan sudah berlangsung bagus lalu kita transfusi darah setelah itu. Saya pastikan bukan salah suntik karena enggak ada suntikan masuk ke dalam,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya