Respons Soal Boikot, Starbucks Indonesia: Kami Tidak Mendanai Operasi Militer Mana pun

Senior GM Corporate PR&Communication PT Sari Coffee Indonesia Avolina Raharjanti
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Lis Yuliawati

Jakarta – Starbucks Indonesia buka suara mengenai aksi boikot imbas dari tudingan pro Israel yang menerpa Starbucks, jaringan gerai kopi global berpusat di Amerika Serikat.

Hamas Melunak, Setujui Konflik dengan Israel Pakai Solusi Ini

Senior General Manager Corporate PR & Communication PT Sari Coffee Indonesia Avolina Raharjanti menegaskan, Starbucks tidak punya agenda politik sama sekali.  "Kami tidak menggunakan keuntungan apapun untuk mendanai operasi pemerintah dan militer manapun," ujarnya saat acara Coffe Talk Media Interview, di Jakarta, Kamis, 29 Februari 2024.

Menurut Avolina, Starbucks dimana pun, termasuk PT Sari Coffee Indonesia selaku pemegang lisensi Starbucks di Indonesia, menjunjung tinggi kemanusiaan. "Kami mengutuk kekerasan, tidak berpihak kepada pihak manapun. Kami mengutuk semua ujaran kebencian dan apapun yang melibatkan senjata," ujarnya. 

Pejabat Israel dan Mesir Bertemu Diam-diam, Bahas Operasi Militer di Rafah

Chief Marketing Officer PT Sari Coffee Indonesia Liryawati.

Photo :
  • VIVA.co.id/ Lis Yuliawati

Dia juga mengingatkan kembali pernyataan dari CEO Starbucks Howard Schultz bahwa Starbucks tidak pernah memberikan dukungan finansial kepada Israel dalam bentuk apapun.

AS Kirim 25 Ribu Makanan Siap Saji ke Jalur Gaza Melalui Udara

"Seperti kita tahu bahwa Starbucks adalah public company, semua aliran dana pasti ter-listed secara terbuka dan kami sudah pastikan bahwa sama sekali tidak ada aliran dana pun ke mana pun yang melibatkan peperangan di Middle East," ujarnya.

Menurut Chief Marketing Officer PT Sari Coffee Indonesia Liryawati, perusahaannya merupakan perusahaan lokal. Saat ini terdapat 6.000 karyawan yang semuanya merupakan warga Indonesia. Perusahaan juga bermitra dengan 70.000 petani kopi di seluruh Tanah Air. 

Aksi boikot tersebut menimbulkan sejumlah dampak terhadap Starbucks Indonesia. "Untuk Starbucks karena persepsi isu-isu ini lumayan ada dampaknya," ujar Liryawati.

Dari sisi penjualan, menurut dia, Starbucks Indonesia mengalami penurunan hingga sekitar 30-35 persen akibat isu boikot tersebut. Para petani mitra perusahaan juga mengalami dampaknya lantaran order berkurang. 

Isu boikot tersebut, Liryawati mengatakan, berimbas juga kepada para karyawan. Mereka menjadi khawatir terjadi perampingan perusahaan. Bahkan, akibat boikot tersebut, Starbucks Indonesia mengalami aksi vandalisme di beberapa gerainya, di antaranya di daerah Jakarta Selatan. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya