Pakar Dukung BNPT Tangkal Konten Radikalisme: Butuh Keterlibatan Banyak Pihak
- Mothership Singapore
Jakarta – Pakar terorisme, Noor Huda Ismail, mendukung upaya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk terus mencerdaskan masyarakat agar mampu menyaring dan menyikapi konten-konten bermuatan radikalisme yang bertebaran di dunia maya.
"Saya kira BNPT sudah berusaha untuk terus mengedukasi masyarakat dalam rangka pencegahan," kata Noor Huda Ismail, saat dihubungi, Sabtu, 30 Maret 2024.
Namun, menurut Noor Huda, upaya mencerdaskan publik untuk menyaring konten-konten radikalisme di dunia maya bukan hanya tugas BNPT semata. Butuh juga dukungan dari banyak pihak agar upaya tersebut bisa efektif.
"Perlu keterlibatan banyak pihak, terutama dari kalangan pendidik, ustaz, tokoh masyarakat, dan industri," ujar pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian ini.
Noor Huda menganggap konten radikalisme berbahaya lantaran bisa memberikan inspirasi dan validasi untuk melakukan tindakan-tindakan radikal, termasuk aksi teror, kepada mereka yang terpapar.
"Jika sudah masuk ke dalam channel-channel khusus mereka, terutama lewat Telegram, mereka diberikan tutorial yang detail untuk eksekusi aksi," ucapnya.
Noor Huda menambahkan, konten-konten radikalisme di media sosial bisa efektif meradikalisasi penerimanya jika penerima itu memang sedang dalam proses mencari cara untuk 'berjihad' sebagai bentuk dari ekspresi keimanan dirinya.
"Terlibat dalam aksi teror bagi mereka adalah bentuk ekspresi iman itu sendiri," kata Noor Huda.
Adapun konten-konten bermuatan radikalisme itu menargetkan sejumlah kelompok rentan, termasuk perempuan, remaja, dan anak-anak. "Kelompok rentan itu misalnya orang-orang yang sedang belajar Islam dan mereka yang memang sudah simpati dengan kelompok radikal," ujar Noor Huda.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan BNPT, Irfan Idris, menegaskan bahwa BNPT terus berupaya mencerdaskan masyarakat untuk menyaring dan menyikapi konten bermuatan radikalisme di dunia maya.
Terlebih sepanjang periode Juli 2023 hingga Maret 2024, terdapat 5.731 konten terkait radikalisme, ekstremisme, dan terorisme di dunia maya. Karena itu, konten-konten tersebut harus mendapat perhatian serius lantaran berdampak besar pada kelompok rentan seperti perempuan, remaja, dan anak-anak.
"Konten radikal tidak boleh dibiarkan merasuk dan merusak pikiran masyarakat, teruama anak bangsa, yang hari ini menyasar perempuan, anak, dan remaja atau pemuda," kata Irfan Idris, Selasa, 26 Maret 2024