"Saya Tak Sabar Kembali ke Jepang"

Evakuasi korban bencana tsunami di Jepang
Sumber :
  • AP Photo/The Yomiuri Shimbun

VIVAnews- Masyarakat Jepang memang sudah benar-benar disiapkan untuk menghadapi kondisi bencana alam seburuk apapun. Hal itu terlihat dari peringatan tanda bahaya dari gempa, tsunami hingga cepatnya bantuan bagi pengungsi.

Seorang pegawai Departemen Kelautan dan Perikanan yang tengah menempuh pendidikan doktor mitigasi tsunami di Tohoku University, Abdul Muhari, 31, mengisahkan pengalamannya saat gempa dan tsunami terjadi di Jepang.

Abdul yang ditemui di Kantor Kementerian Luar Negeri bercerita, pada saat gempa terdengar alarm peringatan gempa. Menurutnya, dia tidak terlalu panik karena yakin dengan konstruksi yang kuat. Namun sebelum dia sampai keluar gedung, dia mendengar alarm peringatan tsunami.

Hal pertama yang terbesit dalam pikiran Abdul adalah istri dan anak perempuannya yang baru berusia satu tahun. Abdul pun akhirnya mengetahui tsunami benar terjadi saat melihat pemberitaan di telepon selularnya yang dilengkapi aplikasi televisi.

"Di Jepang itu masing-masing apartemen sudah disiapkan shelter pengungsian tertentu, agar mudah pencariannya. Dua jam kemudian saya bertemu anak dan istri saya dan kami langsung diungsikan ke KBRI," ungkapnya.

Menurut Abdul, masyarakat Jepang telah mengetahui setiap 30 tahun sekali di negaranya pasti akan terjadi gempa besar, jadi persiapan matang telah dikantongi oleh masing-masing warga. Hanya saja, prediksi para ahli meleset, tak ada yang mengira gempa sebesar 9 skala richter disertai gelombang tsunami akan menghantam Negeri Matahari Terbit itu.

"Tsunami ini merupakan yang terbesar sejak 300 tahun lalu. Dari hasil sedimentasi tsunami saat itu mencapai 5 kilometer ke darat," jelasnya.

Diakui Abdul, kehebatan perencanaan konstruksi Jepang harus diadaptasi Indonesia. Dengan gempa berskala sangat besar seperti itu, tidak ada bangunan ambruk, hanya retak di dinding saja. Menurutnya persiapan bencana di Indonesia sudah ketinggalan 50-100 tahun. Pada saat ia mengungsi, satu setengah jam kemudian sudah ada dapur umum dan makanan. "Selimut juga sudah dibagikan. Semuanya dapat," terangnya.

Abdul pun mengaku tak trauma sedikit pun karena penanganan bencana di Jepang yang sudah mendekati sempurna."24 Maret ini saya kembali ke Jepang, saya tidak takut apalagi trauma. Malah saya sudah tidak sabar," ucapnya.

Firasat Murid SMK Depok Sebelum Kecelakaan di Ciater, Sopir Bus Ungkap Detik-detik Tragedi Maut
Nadine Chandrawinata dan Dimas Anggara.

Dimas Anggara dan Nadine Chandrawinata Baptiskan Anak Kedua, Netizen : Perasaan Pas Lahir Diadzanin

Pasangan selebriti Dimas Anggara dan Nadine Chandrawinata baru saja membaptiskan anak kedua mereka, Nadi Djala Anggara pada Sabtu, 11 Mei 2024 di sebuah gereja.

img_title
VIVA.co.id
13 Mei 2024