Hendropriyono: Cara Cerdas Hadapi SMS Fitnah

Mantan Kepala BIN AM Hendropriyono
Sumber :
  • Antara/ Regina Safri

VIVAnews -- Sebuah pesan pendek (SMS) beredar liar baru- baru ini. Pengirimnya mengatasnamakan M Nazaruddin -- eks Bendahara Umum Partai Demokrat yang terseret kasus hukum.

Isinya antara lain, menyerang SBY secara personal, menyebut nama Daniel Sparingga, keterkaitan kasus Century dengan Demokrat, menyebut nama Andi Mallarangeng, dan dugaan korupsi dalam pengadaan teknologi informasi di Komisi Pemilihan Umum.

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Nazaruddin melalui sejumlah petinggai Demokrat sudah membantah keras soal SMS itu. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyebut SMS itu menyebutnya sebagai fitnah. Sebelum bertolak ke Pontianak, Yudhoyono menggelar konferensi pers menanggapi SMS itu. Ia menegaskan bahwa si pengirim pesan pengecut.

Sejumlah kalangan meminta Presiden SBY sebaiknya jangan terlalu reaktif dengan SMS seperti itu.  Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie mengatakan, presiden mestinya ikhlas dan tak usah risau dengan isi SMS.

Lalu bagaimana seharusnya cara menghadapi SMS fitnah seperti itu? Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono mengusulkan sebuah cara yang menurutnya cukup cerdas.  "Kirim SMS lagi saja yg membingungkan," kata dia usai mengisi Diskusi Publik "Ancaman Terhadap Keamanan Nasional/ Negara" di Hotel Millennium, Jakarta Pusat, 31 Mei 2011.

Pemerintah, katanya, perlu meluruskan informasi yang dianggap fitnah itu melalui media yang sama. "Kalau ada yang  menyerang pemerintah melalui media SMS dan lain-lain, maka kita harus meng-counternya dengan media yang sama pula," jelas dia.

Namun, akan lebih baik jika pemerintah menghadapi SMS 'fitnah' seperti menghadapi WikiLeaks. "Jadi kita nggak  perlu kebakaran jenggot, kita bikin aja sendiri WikiLeaks yang banyak," tambah dia. "Itu namanya intelegen berpendekatan cerdas sehingga  masyarakat dunia nggak tahu mana yang benar dan yang salah. Itulah yang harus dilakukan di era sekarang."

Hendropriyono mengaku tak tahu siapa pengirim SMS itu. Juga tidak tahu apa motifnya. "Perang masa kini itu sifatnya asimetris, kita tidak tahu dari luar atau dalam dan abstrak sehingga menggiring opini supaya menebarkan kebencian," kata Hendro. "Itu juga salah satu pola operasi intelegen yang disebut perang urat saraf."

5 Orang jadi Tersangka Baru Korupsi Timah, Siapa Saja Mereka?
Mahfud MD

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024

Mahfud MD, buka-bukaan mengenai langkah politik dia selanjutnya, usai pelaksanaan dari Pilpres 2024. Mengingat mantan Menkopolhukam RI tersebut bukan kader partai politik

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024