- maarifinstitute.org
VIVAnews - Mantan Ketua PP Muhammadiyah, Syafi'i Ma'arif menyatakan Indonesia sedang dirundung malang. Tak henti-hentinya masalah integritas menerpa. Bahkan, kini para punggawa KPK turut tersorot etikanya.
Kini, lanjut Buya, KPK sibuk mengurusi sejumlah punggawanya yang diabsen Nazaruddin pernah bertemu. Komite etik telah dibentuk untuk memeriksa itu.
"Siapa yang dalam komite itu, bagaimana komitmennya, tingkat kebersihan kan macam-macam. Kode etik kan sudah punya semuanya kita. Wartawan juga punya kode etik, tapi tidak selalu berpedoman kode etik. Indonesia ini masih bermasalah dengan itu," kata Buya di sela seleksi Hakim Agung di Gedung Komisi Yudisial, Jakarta, Rabu 27 Juli 2011.
Buya menilai, apa yang disebut Nazaruddin tidak akan memengaruhi proses hukum. Namun demikian, bukan berarti tidak penting. "Bagaimana pun juga, karena sudah menjadi milik publik harus melakukan semacam audit internal mereka. Harus dilakukan itu untuk memperbaiki nama," ujarnya.
Buya menegaskan disebutnya nama-nama seperti Ade Rahardja, Chandra M Hamzah, dan Johan Budi SP tidak akan memengaruhi pencalonan mereka sebagai pimpinan KPK mendatang. "Itu kan baru omongan, tapi bukan berarti tidak penting. Tetap harus diperhatikan," ujar Buya yang juga anggota Pansel KPK itu.
Selain itu, Buya memandang KPK sebagai lembaga superbody seharusnya dapat menggunakna kewenangannya untuk memberantas korupsi. Bukan untuk hal lain.
"Ini memang agak sulit di Indonesia bersih sama sekali, tapi KPK sebagai lembaga superbody harus independen dan jangan dipengaruhi macam-macam," ujarnya. (umi)