Korban Bom: Baru 2 Langkah, Bom Meledak

korban ledakan bom solo
Sumber :
  • ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

VIVAnews - Empat belas jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton, Solo harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit Oen. Mereka menderita luka akibat bom bunuh diri yang meledak usai kebaktian Minggu 25 September 2011.

Dua di antara korban dalam kondisi kritis, Defiana (18) yang otaknya kemasukan benda asing. Juga Febriana Puspadewi (44), mur tembus ke rongga perut sampai kandung kemih ibu malang ini.

Korban lain tak kalah menderita. Belarmin Boris, salah satunya. Mahasiswa berusia 18 tahun ini menderita luka beberapa bagian tubuhnya. Kepalanya cidera, mur masuk ke lengan kanan dan perut sebelah kanannya.

Saat ditemui VIVAnews, Belarmin masih tergeletak lemas di bangsal perawatan. Dokter telah mengoperasinya, mengeluarkan benda-benda asing serpihan bom dari tubuhnya.

"Saya sudah keluar, baru dua langkah dari pintu gereja, tiba-tiba terjadi ledakan keras," kata Belarmin Selasa 27 September 2011.

Dia menambahkan, ledakan itu sumber dari sebelah kanannya. Itu menjelaskan, mengapa luka yang ia derita di sebelah kanan tubuhnya. "Saya ketakutan, tiba-tiba seperti itu," kata dia, mengenang insiden Minggu lalu.

Saat disodori foto terduga bomber, Ahmad Yosepa Hayat alias Ahmad  Abu Daud alias Raharjo alias Hayat -- yang namanya juga masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) kasus teror bom di masjid Mapolresta Cirebon, Belarmin mengaku tak mengenalinya.

Kejadian kala itu sangat tiba-tiba, ia mengaku tak sempat memantau kondisi sekitarnya. "Saya harap pelakunya diampuni Tuhan, jaringannya ditangkap," tambah dia.

Hari ini, Markas Besar olri akan mengumumkan identitas pengebm bunuh diri di Solo. Polisi sudah memperoleh data pembanding, yakni identitas ibu dan adik pelaku. (Laporan: Erick Tanjung | Solo, umi)

Motor Bebek Baru Paling Mahal di RI, Cocok Buat Orang yang Kelebihan Uang
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Kurniasih Mufidayati

Miris! Angka Stunting Cuma Turun 0,1 Persen, Padahal Sudah Keluar Puluhan Triliun

Komisi IX DPR RI mengkritisi turunnya angka prevalensi stunting hanya 0,1 persen dari 21,6 persen pada 2022 menjadi 21,5 persen pada 2023.

img_title
VIVA.co.id
11 Mei 2024