- VivaNews/ Nurcholis Anhari Lubis
VIVAnews – Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, menegaskan bahwa perdebatan tentang perbatasan Indonesia dengan Malaysia selama ini, hanya berorientasi pada perdebatan batas fisik dan tidak memperhatikan faktor psikologis penduduk. Demikian juga dengan kasus terakhir soal Tanjung Datu dan Camar Bulan.
“Bicara batas bangsa, faktor psikologis ini yang harus diperdebatkan,” kata Wiranto saat ditemui di Gedung MPR/DPR RI, Kamis, 13 Oktober 2011. Secara psikologis warga merasa nyaman berada di mana.
Wiranto mengungkapkan, perlu dilakukan pengecekan apakah penduduk Tanjung Datu dan Camar Bulan merasa nyaman sebagai bagian dari Indonesia atau Malaysia.
Dia juga mengimbau kepada fraksi Hanura di DPR untuk tidak terjebak pada permasalahan garis batas atau patok koordinat. “Teman-teman fraksi jangan terjebak tapi masuk substantif psikologis,” katanya.
Pada kesempatan ini, Wiranto juga menantang pemerintah untuk lebih serius memerhatikan pembangunan di kawasan perbatasan. Bukan sekadar mengamankan patok, tapi menjadikan wilayah perbatasan darat sebagai etalase depan bangsa.
“Bagaimana pengembangan pariwisata atau ekonomi lebih baik dari Malaysia yang harus dijawab pemerintah. Bukan sekadar patok berpindah,” ungkap Wiranto.