Miss Papua: Hentikan Kekerasan di Tanah Kami

Miss Papua, Augusthine Ariella Nere
Sumber :
  • Istimewa

VIVAnews -- Sejumlah insiden gangguan keamanan mengoyak kedamaian di Tanah Papua. Puncak Jaya, Timika dan juga Jayapura bertubi-tubi dicekam aksi kekerasan.

Duka dan kekhawatiran tak hanya dirasakan warga yang ada di Papua, tapi juga orang Papua yang berada di wilayah lain di Indonesia.

Augusthine Ariella Nere, salah satunya, Miss Persahabatan 2006 itu mengaku prihatin, mengapa pembantaian terjadi di Papua. "Seperti membantai binatang saja. Saya tidak tahu siapa pelakunya -- dari kelompok OPM atau kelompok tertentu, namun itu tak boleh terjad,i" kata dia kepada VIVAnews.com, Kamis 27 Oktober 2011. "Keluarga dan teman saya selalu mengabarkan soal penembakan. BBM (BlackBerry Messenger) juga dipenuhi pesan tentang penembakan."

Putri Nere -- demikian ia akrab dipanggil -- juga menyayangkan tindakan pemerintah yang kurang melakukan upaya pencegahan konflik di Papua. "Kemarin-kemarin ke mana? Saat kekerasan terjadi baru heboh. Pemerintah juga tak perlu kirim banyak pasukan ke Papua, orang Papua bukan teroris," kata dia.

Pendekatan represif, dia menambahkan, hanya akan membuat masyarakat cemas dengan keberadaan aparat keamanan. Mereka trauma. "Padahal pidato Pak SBY saat Hari Kemerdekaan dan pelantikan menteri bagus. Papua harus dilindungi, bahwa Papua istimewa."

Putri pesepakbola legendaris, Rully Nere itu menambahkan, pemerintah bisa meniru cara pendekatan misionaris asing di Tanah Papua, yang membaur dan tinggal bersama penduduk asli. "Mereka, di Puncak Jaya, di Cartens berhadapan langsung dengan suku asli Papua, dengan sabar melakukan pendekatan, tinggal 4-5 tahun di sana," kata dia.

Dengan pendekatan itu, oleh orang pedalaman Papua, orang asing bahkan diangkat jadi anak dan diberi marga. "Lakukan pendekatan budaya, bukan kekerasan."

Warga Papua, Putri Nere menambahkan, memang unik. "Kelihatannya garang, seram. Casing seram, tapi hati kami lembut. Kalau tahu cara mendekati, kita bisa lebih dari sekedar teman, keluarga," kata dia.

Pendatang di Papua yang berbaur, tambah dia, bahkan juga punya rasa cinta Papua yang luar biasa. "Lebih 'tanah' sekali," kata dia.

Duta Transmigrasi tahun 2010 itu menambahkan, jika pemerintah menganggap Papua berharga, jangan hanya menguras sumber daya alamnya saja, tapi sejahterakan rakyat Papua. "Papua itu ibarat surga kecil yang jatuh ke Bumi, kita bisa berenang di emas, tembaga di sana. Tapi masyarakatnya miskin. Zaman tahun 1963 sampai sekarang nggak ada perubahan," kata dia.

Otonomi khusus yang diberlakukan di Papua, tidak menyentuh ke akar, tak dinikmati masyarakat, hanya sampai ke pejabat daerah. "Itu sebabnya ada masyarakat Papua ingin merdeka, merasa didiskriminasikan," kata dia.

Putri Nere menambahkan, pemerintah seharusnya membuka peluang lebar bagi rakyat Papua di segala bidang: pekerjaan, pemerintahan, juga seni dan budaya.

Dia menambahkan, sebagai usaha menghadirkan damai di Bumi Cenderawasih, sejumlah aktivis akan mengadakan doa bersama dan penyalaan lilin damai di Bundara Hotel Indonesia. "Pukul 19.00 nanti malam. Siapapun yang mencintai Papua boleh datang, terbuka untuk siapa saja." (umi)

Ucapkan Selamat Tinggal, Legenda Skating Jepang Shoma Uno Umumkan Pensiun
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia: Bukan Gelombang Panas

Fenomena cuaca panas yang melanda Indonesia tak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

img_title
VIVA.co.id
10 Mei 2024