Imparsial: Penembakan Aceh Bermotif Politik

Korban penembakan di Aceh Besar
Sumber :
  • Antara/ Ampelsa

VIVAnews - Peneliti Senior Imparsial Otto Syamsudin Ishak menilai, aksi penembakan brutal di Aceh merupakan motif politik. Menurutnya, jika dirunut ke belakang, setiap ada peristiwa kekerasan pasti terkait situasi politik lokal.

Otto menduga, penembakan ini bukan dilakukan oleh orang yang tidak dikenal, namun oleh penembak misterius (petrus) karena penembakan mengarah pada pada etnis tertentu.

"Orang tidak dikenal itu targetnya nggak jelas, kalau petrus targetnya jelas, terkonsentrasi pada etnis tertentu dan sifatnya pendatang," kata dia di kantor Imparsial, Jalan Slamet Riyadi, Jakarta Pusat, Jumat 6 Januari 2012.

Otto menilai pernyataan Menko Polhukam, Djoko Suyanto yang  mengatakan aksi penembakan brutal di Aceh terkait dengan masalah kecemburuan sosial antara penduduk lokal dengan para pendatang adalah tidak benar.

"Kalau kecemburuan sosial harusnya satu kampung. Lalu, kalau (motif) ekonomi yang ditembak tidak ada benda yang hilang, dan korban ini adalah pendatang pulang-balik," tanya dia.

Otto menambahkan, jika dilihat dari situasi saat ini bahwa korban terakhir mengarah pada etnis tertentu, ini berarti ada konflik horizontal antar etnis. Sementara, kata dia, peristiwa ini sengaja dilakukan agar pemilukada Aceh berjalan tidak lancar.

"Jadi ini adalah kondisi politik yang memanfaat kan pilkada untuk motif politik tertentu agar terjadi konflik horizontal," kata dia.

Sementara itu, Direktur Program Imparsial Al Araf mengatakan, adanya motif politik dalam aksi penembakan brutal di Aceh ini juga dapat dilihat dari adanya kekacauan setiap momentum politik di Aceh. Seperti yang terjadi pada tahun 2009 yang juga banyak terjadi penembakan yang justru melibatkan petugas keamanan.

"Dari pengalaman historis di Aceh memang ada kecenderungan seperti itu," kata dia.

Selain itu, aparat kepolisian juga tidak bisa mengungkap kasus ini secara tuntas. Ini memperkuat indikasi adanya motif politik.

Selain itu, Al Araf menambahkan, adanya tujuan konflik antar etnis ini tidak lepas dari adanya upaya pihak-pihak tertentu yang ingin merusak perdamaian di Aceh.

"Kondisi ini bisa kita lihat secara nasional, bahwa Aceh adalah modalitas SBY. Karena SBY naik jadi presiden 93 persen lebih ini mencitrakan SBY sebagai sosok perdamaian. Kalau ini berarti ada penghancuran modalitas SBY, oleh karena itu SBY seharusnya perhatikanlah pemilukada," tutur dia.

Terkait rentetan penembakan di Aceh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah mendapatkan laporan. Presiden SBY sudah memberi arahan kepada Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo untuk menangani penembakan-penembakan di Aceh.

"Aceh ini sedang tahap penyelidikan polisi. Nanti Menko Polhukam memberi penjelasan," kata juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha, Jumat 6 Januari 2012.

Menurut Julian, Presiden sudah mengetahui kondisi Aceh terkini. Termasuk penembakan semalam di Simpang Aneuk Galoeng Kec.Suka Makmur, Aceh besar. Akibat penembakan itu tiga orang terluka, satu di antaranya kritis.

Perintah Presiden SBY agar Kapolri mengusut tuntas kasus ini, sekalipun ada dugaan oknum aparat yang terlibat. Jangan ada tebang pilih dalam pengusutan kasus yang meresahkan warga ini.

"Presiden sudah memberi arahan kepada Kapolri. Kalau memang terbukti ada oknum untuk segera ditangkap," ujar Julian. Apakah ada indikasi penembakan ini terkait jelang Pilkada Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam? "Belum tahu, kita tunggu hasil investigasi dari kepolisian," ujar dia. (umi)

Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23, Arab Saudi Tersingkir
Polisi bekuk pelaku begal yang bacok siswa SMP di Depok

Begal di Depok Nekat Beraksi Siang Bolong demi Beli Sabu

Begal itu menyasar pelajar dan perempuan.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024