Sumber :
- REUTERS/Bazuki Muhammad
VIVAnews
- Empat warga Batam ditembak mati Polis Diraja Malaysia dalam sebuah penggerebekan di rumah susun (rusun) Program Perumahan Rakyat (PPR) di Hiliran Ampang, Kuala Lumpur, Jumat 11 Oktober 2013. Mereka diduga anggota "Geng Ah Fatt" yang melakukan aksi perampokan di sejumlah tempat di Malaysia.
Keempat warga Batam yang ditembak mati itu adalah Wahyudi, 28 tahun, Hery Setiawan, 33, Hapat, 40, dan Iknoriansyah, 25. Peristiwa kematian WNI diketahui keluarga melalui pemberitaan salah satu media televisi Malaysia pada Jumat malam. Mereka diduga melakukan perampokan di rumah milik seorang pejabat di Bukit Internasional, Hulu Kelang, Jumat pagi.
Defri bin Nusa, 38, warga Batam Centre yang merupakan kakak kandung korban Wahyudi mengatakan, mereka berharap jenazah adiknya bisa dipulangkan ke Batam. "Kami tak percaya dia terlibat perampokan di Malaysia," kata Defri, Minggu 13 Oktober.
Pasca pemberitaan itu, dia tak bisa lagi menghubungi adiknya. Dia juga yakin tentang peristiwa itu, sebab wajah adiknya terpampang jelas dalam pemberitaan di salah satu media televisi di Malaysia.
"Wajah adik saya terpampang jelas dalam berita di TV Malaysia yang kami tonton," katanya.
Menurutnya melalui pemberitaan di media massa ini bisa diketahui pihak Polisi Diraja Malaysia dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia sehingga proses pemulangan jenazah keempat bisa secepatnya dilaksanakan.
"Keluarga kami bersama keluarga tiga korban lainnya sudah menghubungi KBRI di Malaysia namun tak ada jawaban," kata Defri.
Baca Juga :
Aksi Mulia Prajurit Wing Komando I Kopasgat Sentuh Warga Kampung Jatiwaringin Pondok Gede
"Suami saya dan tiga korban lainnya berasal dari Sumbawa. Mereka bekerja sebagai petani di kebun sawit. Saya terkejut setelah mendengar suami saya ditembak mati setelah menonton TV Malaysia," kata Eka.
Adapun keluarga keempat WNI korban penembakan Polisi Diraja Malaysia yang ada di Batam yakni, Defri kakak kandung Wahyudi, Angang Paman Hapat, Nurhidayah istri Hery Setiawan, dan Eka istri Iknoriansyah.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Suami saya dan tiga korban lainnya berasal dari Sumbawa. Mereka bekerja sebagai petani di kebun sawit. Saya terkejut setelah mendengar suami saya ditembak mati setelah menonton TV Malaysia," kata Eka.