Awas, Ancaman Hujan Lahar Kelud Masih Ada

Gunung Kelud paska meletus, Minggu 16 Februari 2014.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rudi Mulya
VIVAnews
Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024
- Masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Kelud diminta tetap mengikuti arah pemerintah daerah untuk menjauhi kawasan rawan bencana. Selain itu, masyarakat juga dimintai tidak beraktivitas di bantaran sungai menghindari ancaman lahar hujan.

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Kepala Geologi, Surono menjelaskan, setengah dari material yang ada di Gunung Kelud sudah keluar setelah letusan hebat pada Kamis malam, 13 Februari 2014. Material itu menyebar jauh ke Yogya, Solo sampai ke Jawa Barat.
5 Orang jadi Tersangka Baru Korupsi Timah, Siapa Saja Mereka?


Namun, hampir setengah material Gunung Kelud saat ini masih berada di sekitar gunung. Sebanyak 20 persen di kaki gunung dan sisanya yang berupa material berat berada di sekitar puncak Gunung Kelud.

"Perkiraan kita, kira-kira 50 juta sudah terbang jauh di luar Kelud dan menyebar. Kemudian 50 juta di sekitar kelud, atau 20 persen keluar Kelud dan sisanya di sekitar puncak," kata Surono kepada VIVAnews, Selasa, 18 Februari 2014.


Menurut Sorono, tidak bisa dipastikan apakah lahar akan keluar dan menyeret material besar yang berada di sekitar puncak Kelud. Tapi diperkirakan, air hujan saja tidak cukup kuat menyeret material besar ini.


"Lahar ini akan melewati jalannya, alur sungai yang berhulu di Kelud. Tapi air hujan saja tidak bisa menggelontor material. Tapi kita tetap mengantisipasi, masyarakat harus disiapkan dengan kondisi yang terburuk," katanya.


Ditambahkan Surono, sumbatan lava gunung kelud saat ini sudah hilang, potensi kawah Kelud terisi air dan membuat danau lagi masih sangat berpotensi.


Karena itu, saat bertemu dengan Presiden SBY, Surono minta pemerintah melalui pihak terkait untuk melakukan pengecekan terhadap seluruh terowongan yang ada di kaki Gunung Kelud.


"Bila air hujan tergenang dan membuat danau kawah Kelud menjadi 40 juta kubik seperti 1919, akan sangat membahayakan," katanya.


Letusan 1919

Letusan Gunung Kelud tahun 1919 tercatat dalam laporan Carl Wilhelm Wormser (1876-1946), pejabat Pengadilan Landraad di Tulung Agung (masa kolonial Belanda), yang menjadi saksi mata bencana alam tersebut.


Disebutkan, pada 20 Mei 1919 siang, tiba-tiba langit gelap. Matahari hilang, hujan abu dan batu. Para penduduk desa di lereng gunung berusaha menyelamatkan diri.


Aliran lahar menghancurkan semuanya dan mengganggu jalan keluar untuk manusia. Bangunan dan pepohonan besar patah menjadi kecil. Kawah memuntahkan lahar dan abu dan disertai awan gas beracun.


Belasan desa raib dari peta bumi. Ribuan korban jiwa dikubur hidup-hidup. Letusan ini termasuk yang paling mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa, merusak sampai 15.000 hektare lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905.


Selain itu Hugo Cool pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan penggalian saluran melalui pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.


Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan selesai pada tahun 1926. Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru setelah letusan tahun 1966, 45 meter di bawah terowongan lama.


Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap berisi 2,5 juta meter kubik. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya