Ibu: Cita-cita Mayang Jadi Artis Terkenal

Keluarga menjunjukkan foto Mayang Prasetyo di Lampung
Sumber :
  • VIVAnews/AAN
VIVAnews –
Kisah tragis Mayang Prasetyo, warga negara Indonesia, yang dibunuh secara sadis oleh suaminya, Marcus Peter Volke di Australia, menorehkan luka di hati keluarga terdekatnya, di Tanah Air.


Saat ditemui
VIVAnews
di kediamannya di Lampung, ibunda Mayang, Nining Sukarni, bercerita bahwa Mayang punya cita-cita menjadi artis terkenal. Selain itu, Nining juga bercerita bahwa Mayang sangat mengidolakan Krisna Mukti.


“Dia (Mayang) memang dari kecil bercita-cita menjadi artis terkenal. Dia suka Krisna Mukti,” tutur Nining, Selasa 7 Oktober 2014. Mayang, menurut Nining, memang terobsesi untuk jadi terkenal.

 

Guna mengejar cita-citanya tersebut, Nining bercerita Mayang mengadu nasib di Pulau Dewata. Dia meminta izin kepada Nining untuk berangkat ke Bali pada 2005. Di sana, Mayang membuka usaha penjualan hewan peliharaan.

Rudal Milisi Bayaran Iran Gempur Kota Terbesar Ketiga Israel

“Mayang di Bali sudah punya petshop dan usaha lain, namun ia selalu cerita dengan saya bahwa cita-citanya sebagai artis tidak pernah surut,” kata Nining lagi.
Tampil 'Pamungkas' di Saranghaeyo Indonesia, Day6 Enggak Ada Obat!

 
5 Kesalahan Parenting Anak Remaja yang Sering Dilakukan Orang Tua

Pihak keluarga pun tidak bisa mempercayai bahwa cita-cita Mayang tersebut akhirnya kandas. Hidupnya berakhir tragis, karena dibunuh oleh suaminya sendiri. Padahal, menurut Nining, anaknya itu terakhir mengirimkan pesan singkat pada Minggu 5 Oktober 2014, bahwa ia akan mengirim uang bulanan pada hari Senin.

 

“Namun, yang kami terima bukan uang kiriman tersebut, malah kabar duka yang sampai sekarang saya masih tidak mempercayainya. Mayang juga sangat sayang pada neneknya, dan dia juga bilang mau pulang, karena mau nyekar ke makam neneknya itu,” lanjut Nining.

 

Nining juga mengingat Mayang sebagai sosok yang terbuka. Ia selalu menceritakan kepada ibunya tentang lelaki yang sempat menjadi pacarnya. Selain Marcus, ada orang Jerman bernama Haral, Andi yang orang Swiss, dan Prasetyo yang menetap di Semarang. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya