Kisah Keluarga Aktivis Antikorupsi Menghadapi Teror

Aktivis Antikorupsi yang Ditembak Dikenal Kritis di Bangkalan
Sumber :
  • Veros Afif/Bangkalan
VIVA.co.id
Jaksa KPK Paparkan soal DPRD DKI Minta Uang ke Aguan
– Penembakan Mathur Husyairi (47), aktivis antikorupsi di Bangkalan, menjadi puncak teror yang pernah dialaminya dan keluarga. Sudah berulang kali Mathur dan keluarganya mengalami teror orang tak dikenal. Sepanjang tahun 2010, rumahnya sempat dilempari batu dan mobil dibakar.

Terungkap Ambisi Kuat M Sanusi Ingin Tantang Ahok

"Di tahun 2010, dua kali keluarga kami mengalami teror. Jendela rumah sempat dilempar batu sampai pecah. Lalu, hari berikutnya mobil dan motor kami dibakar. Untung kami cepat bangun, jadi hanya mengenai samping mobil dan sepeda motor," kata Mutmainah, istri korban, kepada
Penembakan Brutal di Texas, 1 Tewas 3 Luka Parah
VIVA.co.id, di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soetomo Surabaya, kemarin.


Namun Mutmainah bersyukur, saat terjadi pelemparan jendela kaca rumah kala itu, tidak ada yang terluka. Padahal, saat itu pecahan kaca mengenai kaki pasangan suami istri itu. Begitu pun dengan percobaan pembakaran rumah.


“Kami sering tidur di tikar di ruang tamu. Kebetulan mengintip dari bawah pintu kok ada api, kami langsung keluar dan memadamkannya. Setelah pagi hari, kami lihat banyak bensin berceceran mengelilingi rumah. Rupanya ada yang mau membakar rumah kami malam itu,” kata ibu empat anak itu.


Sayangnya, percobaan pembunuhan itu, kata Mutmainah, selalu menguap dan tidak ada tindak lanjut dari aparat Kepolisian. Padahal, selain ditemukan barang bukti berupa ceceran bensin dan sandal yang diduga milik pelaku tertingal di pekarangan rumahnya, kasus itu tidak terungkap siapa otak maupun pelakunya.


Mutmainah menceritakan, saat penembakan suaminya dia sedang terlelap tidur di kamar bersama anak paling kecilnya Yasmin. Dia tertidur sangat pulas karena sekitar pukul 00.30 WIB dia baru tertidur.


“Saya baru tidur pukul setengah satu malam karena menunggu Abah (suaminya) pulang. Karena belum pulang juga, saya tertidur,” katanya.


Mathur dan Mutmainah adalah pasangan aktivis yang peduli pada masa depan pendidikan di Bangkalan. Selain aktif di LSM Center for Islam and Democracy Studies (CIDes) dan Madura Corruption Watch, dia bersama istrinya juga aktif membantu anak-anak putus sekolah di Bangkalan.


Bahkan, Mathur dan Mutmainah juga banyak menyekolahkan anak-anak Bangkalan sampai ke jenjang perguruan tinggi.


“Saya motivasi anak-anak untuk sekolah sampai SMA. Ada yang sampai kami kuliahkan di IAIN Sunan Ampel Surabaya,” kata lulusan S2 Psikologi di Universitas Gajah Mada Yogyakarta itu.


Kini, Mutmainah berharap suaminya segera sembuh dan membaik. Dia dengan setia menunggui setiap hari di luar kamar Instalasi Rawat Darurat RSUD dr Soetomo Surabaya. Anak paling kecilnya, Yasmin, kadang menangis tak bisa tidur.


“Yasmin biasanya tidur di pundak abahnya. Jadi sulit tidur kalau tidak sama abahnya,” katanya.



Baca berita lain:




Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya