Sumber :
- Mohammad Zumrotul Abidin/Surabaya
VIVA.co.id
- Sebanyak 52 karya arsitektur Jepang untuk pemulihan usai bencana dipamerkan di Ruang SF 101-1002 kampus Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, pada 27 Januari hingga 5 Februari 2015.
Salah satu karya yang menarik perhatian adalah rumah kardus yang menjadi tempat evakuasi dadakan atau tempat penampungan sementara yang praktis, aman, dan nyaman.
Baca Juga :
Sesak Asap, Tak Sesak Asa
Baca Juga :
Atasi Bencana Alam, Indonesia Tak Bisa Sendiri
Baca Juga :
Topan Mujigae di China Makan Korban Jiwa
Selain rumah kardus, para arsitek Jepang juga membuat truk besar yang ternyata di dalamnya mirip desain rumah sehingga jika ada gempa dan bencana, truk langsung bisa menutup rapat dengan kecepatan 260 detik. Massa truk juga berat. Kalau terombang-ambing ombak dan angin tetap akan tinggal di tempat.
Diakui Noboru, di Jepang sudah terbiasa mengatasi bencana dalam hitungan detik, bukan hari atau bulan. Dia berharap pameran ini bisa menginspirasi para arsitek muda di Indonesia untuk menciptakan karya dalam menghadapi bencana. Apalagi, Indonesia juga negara yang berada di kawasan rawan bencana.
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS, Hidayat Sugiharto, mengakui bahwa selama ini para arsitek di Indonesia belum mengembangkan tempat tinggal darurat untuk bencana. Selama ini setiap ada bencana hanya memanfaatkan tenda-tenda besar, stadion dan gedung besar untuk tempat tinggal darurat.
Para arsitek baru sebatas membuat bangunan tahan gempa sebagai upaya preventifnya. Bangunan tahan gempa itu menggunakan teknik daktail (bangunan tahan goyang) dengan beton, kayu, batu dan bambu.
"Sehingga, ketika gempa, tembok akan bergerak mengikuti gelombang, namun kondisi bangunan tetap kokoh," katanya. (one)
Baca berita lain:
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Diakui Noboru, di Jepang sudah terbiasa mengatasi bencana dalam hitungan detik, bukan hari atau bulan. Dia berharap pameran ini bisa menginspirasi para arsitek muda di Indonesia untuk menciptakan karya dalam menghadapi bencana. Apalagi, Indonesia juga negara yang berada di kawasan rawan bencana.