KPAI Ungkap Penyebab Orangtua Tega Siksa Anak

Begini Kondisi Rumah Pasangan Suami Istri yang Menelantarkan Kelima Anaknya
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin

VIVA.co.id - Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengungkapkan penyebab mengapa orangtua tega melakukan kekerasan terhadap anak-anak. Tak hanya menyiksa, bahkan para orangtua itu tak segan-segan membunuh bahkan memperkosa anak kandungnya sendiri.

Telepon Pengaduan Terkait Anak Siap 24 Jam

Menurut Sekretaris Jenderal KPAI, Erlinda, kekerasan terhadap anak ini disebabkan karena adanya konsep berpikir yang salah dari orangtua.

"Cara pandang atau konsep mereka tentang anak yang salah," kata Erlinda ketika dihubungi VIVA.co.id, Minggu, 17 April 2015.

Menurut Erlinda, orangtua itu menganggap anak sebagai benda di mana anak tidak punya hak karena semua kendali ada di orangtua. Konsep yang salah ini, kata dia, yang membuat mereka salah dalam mendidik dan berelasi dengan anak.

"Ini yang harus diperhatikan dalam keluarga. Masalah keluarga ini harus dikembalikan lagi sebagaimana tatanannya, melindungi anak dan memberikan kenyamanan dan keamanan," kata dia.

Menurutnya, kekerasan terhadap anak ini bukan lagi disebabkan karena masalah ekonomi. Faktor lain yang cukup dominan misalnya adanya kesalahan pemahaman sehingga mengakibatkan pola asuh yang salah dan gaya hidup dari orangtua itu sendiri.

"Misalnya life style dari orangtua yang di bawah pengaruh narkoba dan minuman keras," kata dia.

Untuk itu, KPAI menilai bahwa pemerintah harus punya instrumen bagaimana cara mengawasi orangtua mengasuh anak. Tujuannya, agar kejahatan seksual dan pembunuhan kepada anak seperti kasus yang terjadi di Samarinda tidak terjadi.

Menurut Erlinda, kekerasan terhadap anak tak akan pernah selesai. Namun, yang bisa dilakukan adalah bagaimana cara mengurangi masalah ini.

Misalnya, kata dia, melakukan pencegahan dengan melakukan pendidikan bagaimana membangun kepedulian terhadap lingkungannya. Tak hanya itu, ada pula program pelatihan pola asuh dari keluarga yang mencipatakan keluarga bahagia dan sejahtera.

"Yang utama bagaimana memberikan program pemahaman tentang sosial serta instrumen pemerintah tentang pengawasan keluarga karena kalau misalnya instrumen ini tidak punya bagaimana pemerintah mendeteksi sejak dini, kira-kira kecenderungan kekerasan di keluarga seperti apa," ucapnya.

Erlinda mengatakan sepanjang tahun 2015, kekerasan seksual terhadap anak saja mencapai 1.251 kasus. Sementara penelantaran terhadap anak ada ratusan kasus.

Anak Korban Sindikat Pengemis Sudah di Rumah Aman
Polres Depok bentuk Tim Srikandi

Depok Catat 147 Kasus Kejahatan pada Wanita dan Anak

Data dari Januari hingga Juli 2016.

img_title
VIVA.co.id
6 Agustus 2016