BNPB Tepis Indonesia Supermaket Bencana

Kepala BNPB Syamsul Maarif
Sumber :
  • VIVAlife/Anhar Rizki Affandi
VIVA.co.id
1,7 Juta Orang Indonesia Terdampak Bencana dalam Enam Bulan
- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Ma'arif menegaskan Indonesia bukan supermarket bencana kendati kejadian bencana cukup banyak. Kesadaran dan kesiapan masyarakat serta pengembangan teknologi harus terus tumbuh untuk mengurangi risiko bencana.

Ratusan Rumah di Garut Kebanjiran

"Dengan adanya bencana harus menjadikan masyarakat Indonesia lebih tangguh dalam menghadapi bencana," kata Syamsul Ma'arif saat menyampaikan sambutannya dalam acara Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) Riset Kebencanaan di Kampus UGM, Selasa 26 Mei 2015.
Menkeu Siapkan Rp500 Miliar untuk Tanggulangi Bencana


Diharapkan Syamsul, pertemuan tahunan tentang riset kebencanaan akan membuat Indonesia sebagai negara yang tangguh bencana. Pertemuan ini menjadi penting karena fokus pada pengembangkan teknologi terkait mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.


"Termasuk persoalan kemiskinan akibat bencana sangat tergantung dengan teknologi yang dihasilkan. Dan saya yakin kerja sama dengan perguruan tinggi akan mampu menciptakan teknologi yang mampu mengurangi risiko bencana," katanya.


Sementara itu Menteri PU dan Perumahan Rakyat, M. Basuki Hadimuljono saat menyampaikan keynote spechnya mengatakan, pembangunan infrastruktur di Indonesia perlu mempertimbangan mitigasi bencana alam dan memperhatikan posisi geografis di lingkaran pasific-ring of fire.


"Harus ada kebijakan maupun panduan yang disesuaikan untuk infrastruktur di Indonesia terkait penanganan risiko bencana alam tersebut," kata Basuki.


PIT ke-2 berlangsung selama tiga hari 26-28 yang merupakan tempat berkumpulnya para ahli, akademisi dan masyarakat yang berada di daerah rawan bencana.


Setidaknya ada 80 persen kejadian becana merupakan bencana hidrometeorologi, serta dampak dari lingkungan alam yang semakin rusak akibat degradasi sumber daya alam dan lingkungan. Tingkat risiko bencana juga kecenderungan semakin meningkat.


Karena itu, butuh konsep yang dapat menggerakan secara massive (bersamaan) seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) dalam upaya menurukan risiko bencana tersebut.


Di sisi lain, dengan potensi sumber daya pengetahuan Indonesia yang sangat besar melahirkan banyak peneliti dan pakar yang bergerak di bidang kebencanaan. Namun, hasil-hasil riset yang dihasilkannya, masih dirasa kurang 'tersambung' dengan stakeholder untuk memberikan sumbangsih secara optimial pada penanggulangan bencana.


Pertemuan ilmiah tahunan riset di tahun kedua di Yogyakarta ini akan mengambil tema 'Membangun Kemandirian Industrialisasi dan Teknologi Berbasis Riset kebencanaan di Indonesia'.


Pertemuan ini diharapkan dapat membangun konsep kemandirian industrialisasi hasil riset kebencanaan, membangun konsep gerakan nasional untuk pengurangan risiko bencana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya