Kisah Bung Karno Nekat Menikah Lagi Meski Dimarahi

Bung Karno
Sumber :
VIVA.co.id
Hartini, Istri Kesayangan Bung Karno yang Ikhlas Dipoligami
- Bung Karno sempat bertengkar dengan Fatmawati gara-gara ingin menikahi Hartini. Diam-diam Bung Karno telah menjalin asmara dengan Hartini. Meski Fatmawati tidak setuju.

Kisah Asmara Bung Karno, Tak Semua Didasari Cinta

Namun, Bung Karno yang sudah jatuh cinta berat pada wanita dari Salatiga itu nampaknya tidak peduli. Kisah itu diceritakan di buku
Kisah Lucu Bung Karno Pusing Hadapi Istri-istrinya
"Fatmawati Sukarno, The First Lady" karya Arifin Suryo Nugroho.

Saat itu, Fatmawati tengah berbaring di samping anak bungsunya yang berumur enam bulan, Muhammad Guruh Irianto Sukarnoputra. Pagi-pagi benar Soekarno masuk ke kamar dan duduk di hadapan Fatmawati dan berkata. "Fat, aku minta izinmu, aku akan kawin dengan Hartini," kata Bung Karno.

"Boleh saja," kata Fatma. "Tapi Fat minta dikembalikan kepada orangtua. Aku tak mau dimadu dan tetap antipoligami," ujar Fatmawati mempertegas jawabannya.

"Tapi aku cinta padamu dan juga aku cinta pada Hartini," ujar Bung Karno menimpali jawaban tegas Fatmawati.

"Oo tidak bisa begitu!" kata Fatmawati langsung dengan tegasnya kepada Bung Karno.


Selanjutnya... Bung Karno tetap menikahi Hartini...




Bung Karno tetap menikahi Hartini


Mendapat penolakan itu, Bung Karno lalu berdiri dan keluar dari dalam kamar. Namun tanpa restu Fat, ia tetap menikahi Hartini.


Fatma menolak karena sejak dilamar ia sudah mengajukan syarat tidak mau dimadu. Karena Soekarno melanggar janji, Fatma protes dengan pindah dari kamar di gedung utama Istana Merdeka ke paviliun. 


Fatma juga memotong pendek rambut panjangnya. Soekarno mengagumi perempuan berambut hitam panjang dan tercatat kerap memarahi istri-istrinya yang berani memangkas rambut.


Soekarno menanyakan soal itu kepada Siti Dalimin, pegawai di istana. "
Rambute yo dikethok cendhak, opo maksude cobo
? (Rambutnya dipotong pendek, apa maksudnya coba?)," ujar Bung Karno bertanya pada Siti Dalimin.


Siti menjelaskan, Fatma mengatakan, kepada dia kalau rambut panjang itu tak dibutuhkan lagi. "Hati saya hancur Mbakyu, tetapi saya pasrah, saya bersyukur bukan saya yang membuat hati orang lain hancur," kata Siti menirukan ucapan Fat kepadanya.


Mendengar itu Soekarno kecewa. "Aku
gak duwe maksud nglarakno atine
. (Aku tidak punya maksud menyakiti hatinya)," kata Bung Karno.


Kabar Bung Karno berpoligami tersiar saat organisasi perempuan sedang gencar mengampanyekan penyusunan aturan antipoligami. Organisasi-organisasi yang menginduk pada Perwari itu kontan saja mendukung Fatma.


Perwari memang sedang mengampanyekan undang-undang perkawinan yang antipoligami. Tadinya mereka berharap Bung Karno mau mendukung, nyatanya perkawinan dengan Hartini itu jadi pukulan telak bagi mereka.


Selanjutnya... Melawan poligami Bung Karno...




Melawan poligami Bung Karno

Delegasi dari Gabungan Organisasi-organisasi Perempuan Jakarta menemui Soekarno dan Fatma di Istana untuk menyampaikan protes mereka. Kepada mereka, Soekarno mengatakan, hanya Fatma yang diperkenankan jadi Istri Presiden.


Ketua Umum Perwari Sujatin Kartowijono sempat meminta Fatma bertahan di istana. "Kami sedang berusaha agar perkawinan ini dapat digagalkan," kata  Sujatin.


Beberapa pekan setelah pertemuan itu, Fatma memanggil Sujatin dan Lena Sukanto ke istana. Fatma mengeluh, karena setelah menuruti nasihat untuk bersabar, bahkan tersenyum saat Soekarno datang dari Bogor, suaminya itu malah salah paham.


"Saya dengar Mas Karno bicara kepada kepala rumah tangga istana dalam bahasa Jawa," kata Fatma. Saat itu Soekarno mengatakan,
"Kok wis gelem, yen ngono diwaru wae!
(Kok sudah mau, kalau begitu diduakan saja!)," katanya.


Fatma menyampaikan niatannya pergi dari Istana sudah bulat. Ketika Sujatin dan Lena menyarankan agar mengurungkannya demi anaknya yang masih kecil, nada suara Fatma malah meninggi.


"Bu Kartowijono ini bagaimana toh? Apakah Bu Karto mau saya dimadu?" kata Fatma. "Biar saya kecil, badan saya kecil, Bung Karno besar dan hebat, saya toh mempunyai hak menentukan nasib sendiri!" kata Fatma.


Selanjutnya... Fatmawati tinggalkan Bung Karno...




Fatmawati tinggalkan Bung Karno


Setelah pertemuan itu Fatma menulis surat yang menyatakan niatnya keluar dari Istana. Ia pindah ke rumah di Jalan Sriwijaya, Jakarta Selatan, demi mendapat ketenangan jiwa.


Kepergian itu adalah puncak protes Fatma. Kepindahan itu juga dibarengi dengan keengganan Fatma menjalankan peran-peran Ibu Negara.


Perwari pun menunjukkan mereka lebih menyokong Rahmi Hatta, istri Wakil Presiden Mohammad Hatta, ketimbang Hartini buat mengisi vakumnya posisi Ibu Negara. Memang sejak Fatma absen, Rahmi yang menggantikannya.


Sujatin pun membuat edaran kepada seluruh organisasi perempuan. Dalam edaran itu dia menyatakan, poligami presiden itu telah menurunkan derajat dan martabat kedudukan kepala negara dan menusuk hati perempuan yang sedang memperjuangkan kedudukan yang adil bagi wanita dalam perkawinan.


Geger poligami itu tak berhenti di situ. Pasalnya Fatma menyurati kabinet dan parlemen, meminta mereka menyelesaikan urusan rumah tangganya sebab ia minta diceraikan dan Soekarno menolak.


Sementara buat Perwari, protes kerasnya memakan korban. Banyak anggotanya mundur karena suami mereka ditekan di tempat kerjanya. Sujatin diintimidasi bahkan menerima ancaman pembunuhan.


Bagi Fatma dan Perwari protes itu lebih kepada menyelamatkan kaum perempuan agar tidak jadi korban permainan lelaki dalam perkawinan. Sebaliknya Soekarno dan pendukungnya menyatakan gerakan Perwari itu tak tepat mencampuri urusan pribadi bukan protes soal-soal kenegaraan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya