- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
"Di Sumatera Selatan, Ogan Komering Ilir (Oki) pemadamannya masih lambat. Lalu kebakaran di Kalimantan Timur ada penambahan kebakaran di Kalimantan Timur. Setelah diteliti sebagian adalah kebun masyarakat. Jadi itu perorangan," ujar Willem dalam konferensi pers di Graha BNBP, Jakarta, Selasa, 6 Oktober 2015.
Ia menjelaskan BNPB menandai sejumlah titik kebakaran hutan dengan sejumlah warna. Untuk hijau menandakan akumulasi titik api yang sudah dipadamkan pada awal tahun 2015.
Tanda merah di atas tanda hijau itu berarti ada titik api yang sudah dipadamkan menyala kembali. Lalu, tanda putih menunjukkan adanya kebakaran baru.
Wilem menyebutkan kebakaran yang masih belum bisa dipadamkan ada di OKI, Sumatera Selatan. Lalu hotspot yang juga masih memiliki posisi relatif sama atau belum bisa dipadamkan berada di Kalimantan Tengah dan Selatan.
Jika dilihat titik api per pukul 08.00 pagi, di Sumatera terdapat 502 titik api. Untuk Sumatera Selatan titik api berjumlah 406 titik. Lalu, di Kalimantan sebanyak 712 titik api.
Untuk Kalimantan Timur mengalami penambahan titik kebakaran baru, titik apinya terdapat sebanyak 333 titik api, Kalimantan Selatan terdapat 104 titik api, dan Kalimantan Tengah 262 titik api. Secara umum, kebakaran hutan ini banyak terjadi di perbatasan kabupaten dan provinsi.
"Diduga infrastruktur tidak begitu bagus, jadi patroli tidak sampai kesana. Tapi ini kemungkinan saja, masih kami pelajari," ujar Willem.
Ia mengatakan dengan bertambahnya kebakaran baru, BNPB akan menambah kekuatan untuk memadamkan titik kebakaran. Menurutnya, dengan kebakaran yang besar memang perlu dilakukan upaya yang lebih besar lagi agar api bisa segera dipadamkan.
Persoalannya, ia tak bisa memprediksi kapan kebakaran hutan dan lahan ini bisa tertangani hingga udara kembali seperti semula. Pasalnya, faktor cuaca ikut mempengaruhi penanganan pemadaman kebakaran hutan. (ase)
Laporan: Lilis Khalisotussurur