'Keukeuh' Ingin Merdeka, OPM Menolak Dialog

Ilustrasi kelompok bersenjata yang bermarkas di Lanny Jaya, Papua.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Banjir Ambarita

VIVA.co.id - Presiden Jokowi beberapa waktu lalu berkunjung ke Papua. Dalam lawatannya, orang nomor satu di Indonesia itu menyatakan siap membuka ruang dialog dengan TPN/OPM yang kini masih berjuang mengangkat senjata.

Kelompok Bersenjata di Papua Serang Pekerja, Tiga Tewas

Lalu, bagaimana tanggapan kelompok ini?

"Kami hanya mau Papua Merdeka, kami tak mau dialog dengan siapapun termasuk Presiden RI," kata Panglima TPN/OPM wilayah Lany Jaya Papua, Puron Wenda, melalui telepon selulernya, Sabtu, 9 Januari 2016.

Menurut Puron, dialog tidak akan menyelesaikan persoalan Papua. Karena orang Papua hanya ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membangun sendiri Papua. "Dialog, itu hanya omong kosong, karena dialog hanya program pejabat atau segelintir elite Papua, untuk kepentingan mereka. Kami TPN/OPM bersama rakyat hanya ingin merdeka, dan akan terus berjuang untuk mewujudkannya," ujarnya menegaskan.

Eks Tapol Papua: Dana Otonomi Khusus Diraih dengan Darah

Puron Wenda meminta, sebaiknya Jokowi melepaskan Papua untuk menentukan nasibnya sendiri. Daripada pertumpahan darah terus terjadi. "Jangan lagi bicara dialog atau otonomi, itu hanya untuk kepentingan segelintir elite pejabat Papua saja," ujarnya berdalih.

Ia meyakini, bila Papua Merdeka, maka tidak akan ada lagi pertumpahan darah. "Kalau Papua sudah merdeka mungkin segala aksi kekerasan akan berhenti dan situasi aman," ujarnya berjanji.

Tantowi: Wartawan Asing di Papua Bisa Buka Borok Indonesia

Disinggung bahwa kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru, Puron tetap mengatakan akan berjuang sesuai dengan caranya saat ini. Dia memastikan bahwa TPN/OPM tidak akan berhenti.

Penyerang Polsek Sinak

Puron mengungkapkan, bahwa kelompok yang menyerang Polsek Sinak ada di bawah koordinasinya. Ia mengklaim sudah mengatur mereka. "Di bawah komando Lekagak dan Tenggemati Telenggen," ujarnya mengklaim.

Kelompok itu, kata Puron, beranggotakan sekitar 56 orang dan bermarkas di Yambi Puncak Jaya. Komandan pos adalah Lekagak dan komandan operasi Tenggahmati. Pasca penyerangan, Puron mengakui, aparat TNI/Polri terus mengejar mereka dan salah satu anggotanya yang melakukan penyerangan tewas tertembak. "Ada satu anggota saya yang tertembak oleh pasukan Indonesia," ucapnya.

Adapun jumlah senjata saat ini untuk kelompok Yambi di bawah komando Lekagak dan Tenggamati, sudah mencapai dua puluhan pucuk. "Kemarin dari Sinak tambah 6 pucuk, sebelumnya ada 8 dari Pos Polisi Kulirik. Ditambah senjata lama jenis Mouser, AK47 dan AK China sebanyak 6 pucuk serta laras pendek pistol 4 pucuk," ujarnya menerangkan.

Meski pelaku penyerangan Polsek Sinak dari Markas Yambi Puncak Jaya, Puron menyebut ada juga anggotanya yang menjadi komandan Pos di Puncak. "Ada Titus Murib dan Beny Murib di Ilaga dan Sinak," terangnya.

Puron menambahkan, kelompok Yambi kerap beraksi di Sinak, karena jarak tempuhnya yang dekat. Apabila ditempuh dengan jalan kaki maka dari Yambi ke Sinak hanya butuh waktu 6 jam. "Kalau kami dari Lany Jaya 1 hari, jadi Lekagak dan Tenggamati serta pengikutnya lebih mudah beraksi."

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya