Tidak Semua Anggota Polri Dibekali Rompi Anti Peluru
Senin, 18 Januari 2016 - 09:58 WIB
Sumber :
- ANTARA/Reno Esnir
VIVA.co.id
- Insiden bom yang mengguncang kawasan Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis lalu, semakin menegaskan bahwa aparat Kepolisian menjadi target utama pelaku teror. Apalagi peristiwa anggota polisi menjadi target teror bukan yang pertama, sehingga setiap anggota Polri harus selalu waspada.
Seiring dengan tingginya ancaman teror yang diterima aparat, Polri didesak agar membekali anggota yang bertugas di lapangan dengan rompi anti peluru. Namun menurut Kapolda DIY, Brigjen Pol Erwin Trianto, tidak semua anggota Polri dibekali rompi anti peluru, karena harganya mahal.
"Harga rompi anti peluru tidaklah murah sehingga belum semua jajaran kepolisian yang bertugas di lapangan dibekali rompi anti peluru,"kata Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) DIY Brigjen Pol Erwin Triwanto, Senin 17 Januari 2016.
Erwin mengatakan, penggunaan perlengkapan rompi anti peluru saat ini hanya digunakan oleh anggota polisi yang memiliki tugas taktis seperti Brimob, Gegana dan beberapa unit satuan di Polda DIY. "Itu pun tidak seluruh anggota. Makanya kami baru bisa beli rompi parasit," ungkapnya.
Kapolda menjelaskan sampai saat ini kondisi keamanan di wilayah DIY pasca terjadinya serangan teroris di Ibu Kota masih kondusif. Meski begitu pengawasan dan kewaspadaan tetap terus dilakukan termasuk penjagaan di sejumlah obyek vital dan tempat-tempat keramaian.
"Untuk broadcast di medsos yang minta masyarakat menghindari tempat-tempat keramaian, itu hoax dan berita menyesatkan. Karena meresahkan, masyarakat diminta tidak percaya namun kewajiban polri untuk tetap menetralisirnya," papar dia.
Lebih lanjut dia menambahkan bahwa Polda DIY juga mengantisipasi pergerakan anggota jaringan teroris yang diduga terlibat dalam aksi di Ibu Kota. Salah satu antisipasinya yakni berkoordinasi dengan pihak Detasemen Khusus (Densus) 88 Antirteror Mabes Polri.
"Kami back up Densus karena di sini mereka juga punya posko. Tapi untuk jaringan (teroris), mereka lebih paham dari kepolisian wilayah. Jadi kami sifatnya berkoordinasi," ungkapnya.
Erwin mengatakan, penggunaan perlengkapan rompi anti peluru saat ini hanya digunakan oleh anggota polisi yang memiliki tugas taktis seperti Brimob, Gegana dan beberapa unit satuan di Polda DIY. "Itu pun tidak seluruh anggota. Makanya kami baru bisa beli rompi parasit," ungkapnya.
Kapolda menjelaskan sampai saat ini kondisi keamanan di wilayah DIY pasca terjadinya serangan teroris di Ibu Kota masih kondusif. Meski begitu pengawasan dan kewaspadaan tetap terus dilakukan termasuk penjagaan di sejumlah obyek vital dan tempat-tempat keramaian.
"Untuk broadcast di medsos yang minta masyarakat menghindari tempat-tempat keramaian, itu hoax dan berita menyesatkan. Karena meresahkan, masyarakat diminta tidak percaya namun kewajiban polri untuk tetap menetralisirnya," papar dia.
Lebih lanjut dia menambahkan bahwa Polda DIY juga mengantisipasi pergerakan anggota jaringan teroris yang diduga terlibat dalam aksi di Ibu Kota. Salah satu antisipasinya yakni berkoordinasi dengan pihak Detasemen Khusus (Densus) 88 Antirteror Mabes Polri.
"Kami back up Densus karena di sini mereka juga punya posko. Tapi untuk jaringan (teroris), mereka lebih paham dari kepolisian wilayah. Jadi kami sifatnya berkoordinasi," ungkapnya.
Baca Juga :
Aman Abdurrahman Segera Bebas, Pemerintah Bingung
Aman satu dari 68 narapidana yang masih kukuh pada ideologi radikal.
VIVA.co.id
18 Maret 2016
Baca Juga :