Alasan Pengikut Gafatar Banyak Kaum Terpelajar

Sumber :
  • ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang

VIVA.co.id – Ahli Antropologi Politik Amich Alhumami mengatakan, munculnya organisasi masyarakat dinilai sebagai sesuatu hal yang biasa. Alasannya, ada dimensi spiritual yang mendorong orang untuk bergabung, dari berbagai lapisan masyarakat, salah satunya kalangan terpelajar.

Menyusuri Sejarah Kopi di Ethiopia, Menikmati Seduhan Kopi Nusantara

" ini gejala lazim. Ada dimensi lain, yakni kekuatan spritual. Ketika orang masuk dibimbing oleh irrational passion, makanya tak heran banyak kelompok terpelajar bergabung," kata Amich dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu 23 Januari 2016‎.

Menurut Amich, bukti bahwa ada dorongan irrational passion adalah banyaknya pengikut yang berasal dari kalangan terpelajar dan memiliki pemahaman agama yang baik. Para pengikut tersebut menarik pengikut lain yang tidak memiliki pemahaman agama baik, termasuk dari kalangan terpelajar.

Makar dan Nista Gafatar

"Elite pertama mereka sangat intelektual. Mereka punya pemahaman agama yang baik, lulusan pesantren. Menarik anggota yang terpelajar, tapi tidak punya paham keislaman yang baik, makanya mudah terdoktrin," katanya.

Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Nurkholis menambahkan bahwa kasus bukanlah satu-satunya kasus ormas yang dicekal dan dimusuhi, sebelumnya ada Ahmadiyah dan sejumlah ormas lainnya.

INFOGRAFIK: Telatah Gafatar

Untuk itu, penyelesaian kasus seperti ini, pendekatan hukum dinilai bukanlah satu-satunya solusi yang harus dipaksakan oleh pemerintah.

"Pendekatan hukum bukan satu-satunyanya solusi mengatasi masalah ini. Kalau soal keyakinan, meski sudah keluar bisa tetap yakin karena ini ideologi," kata Nurkholis.

Nurkholis menegaskan, seharusnya negara atau pemerintah seharusnya bisa berdiri di tengah-tengah menjadi mediator. Alasannya, pemerintah harus bisa menjadi institusi yang bisa dipercaya oleh semua pemeluk keyakinan atau agama.

"Negara harus melindungi kelompok macam ini. Masalah ini tak hanya soal keyakinan, tapi ada juga ekonomi, relasi kultural, dan budaya," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya