Tak Kebagian Kacamata Gerhana, Warga di Semarang Kecewa

Penampakan gerhana matahari dari Semarang, Jawa Tengah melalui perekam, Rabu (9/3/2016)
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dwi Royanto

VIVA.co.id – Antusiasme pengamatan gerhana matahari oleh warga Semarang di Masjid Agung Semarang sangat tinggi. Sekitar 10 ribu warga berkerumun menyaksikan momentum langka di masjid terbesar se-Asia Tenggara itu.

'Misteri' Pemancing yang Hilang Saat Gerhana Matahari

Sayangnya tak sedikit warga yang kecewa karena tidak mendapatkan kacamata antiradiasi yang disediakan panitia acara. Sebanyak 5.000 kacamata yang dijual Rp30 ribu per satuannya sudah habis terjual.

"Saya sangat kecewa karena kacamata gerhana habis. Padahal jauh-jauh datang bersama rombongan untuk menyaksikan momentum langka ini, " kata Heru (26), salah seorang warga Kendal kepada VIVA co.id di Semarang, Jawa Tengah, Rabu 9 Maret 2016.

Gerhana Matahari Menanti Indonesia di 2023 dan 2042

Akibat tak kebagian kacamata, Heru dan rombongan lain harus mengantre meminjam kacamata milik jamaah lain. Padahal, momen melihat gerhana sebenarnya sangat singkat.

"Tidak bisa maksimal melihat gerhana ini. Padahal saya ingin tahu gerhana yang katanya sama dengan gerhana Nabi Muhammad waktu itu, " kata pria 26 tahun itu.

Lokasi Pengamatan Gerhana Matahari di Ambon Sepi

Panitia acara lalu terpaksa meminta maaf karena warga harus berbagi kacamata dengan jamaah lain. Selain dengan kacamata, warga juga bisa mengantre melihat gerhana melalui 3 teleskop yang disediakan panitia.

Kemuculan gerhana matahari sebagian (GMS) di Semarang terjadi pada pukul 06.21 WIB dengan puncak gerhana pada pukul 07.30 WIB. Saat memasuki puncak GMS, terlihat matahari tertutup sebagian oleh bulan dan membentuk sabit. Matahari kemudian kembali utuh sekitar pukul 08.30 WIB.

Dari pantauan VIVA.co.id, antrean warga terlihat di 3 alat teleskop yang disediakan panitia acara. Alat itu dipandu langsung oleh panitia yang merupakan ahli astronomi amatir dari UIN Walisongo Semarang.  

Muhtam, salah seorang astronom amatir UIN Walisongo Semarang mengatakan, pada pengamatan kali ini, pihaknya sengaja memanfaatkan teleskop jenis Refraktor 36050 dengan menggunakan filter khusus. Filter itu kemudian dipantulkan ke kertas agar bisa dilihat banyak orang.

"Ini pantulan pakai kertas biar aman di mata. Selain itu bisa dilihat banyak orang," kata Muhtam.

Di kertas tersebut terlihat bulatan Matahari yang lama kelamaan tertutup bayangan Bulan. Warga pun berkerumun mengelilingi kertas pantulan.

Meski gerhana di Semarang hanya sebagian atau berkisar antara 80 persen hingga 90 persen saja, momen ini sangat istimewa karena dianggap sama dengan gerhana pada zaman Nabi Muhammad. Kesamaan itu dicatat mulai dari waktu, durasi hingga bentuk piringan sabitnya.

Sementara itu, salat gerhana oleh ulama se-Jawa Tengah dan 10 ribu jamaah dilakukan pada pukul 07.30 WIB, tepat saat gerhana memasuki puncaknya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya