Muhammadiyah Tanggung Biaya Hidup Keluarga Siyono

Anggota Polisi mengamankan lokasi saat akan melakukan penggeledahan rumah terduga teroris berinisial SY di Brengkungan, Cawas, Klaten, Jawa Tengah, Kamis (10/3).
Sumber :
  • ANTARA/ Aloysius Jarot Nugroho

VIVA.co.id – Terduga teroris Siyono yang tewas usai ditangkap dan diperiksa Detasemen Khusus Antiteror (Densus 88) Mabes Polri pada 11 Maret 2016, meninggalkan seorang istri dan lima anak.

Tahanan Terduga Teroris Meninggal di RS Polri, Ini Penyebabnya

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan, Muhammadiyah akan menanggung seluruh biaya hidup keluarga yang ditinggalkan.

"Muhammadiyah menyanggupi akan menanggung seluruh kehidupan Bu Suratmi demi keadilan," kata Dahnil di kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat 1 April 2016.

Kematian Siyono Akan Dilaporkan ke Dewan HAM PBB

Menurut Dahnil, hal itu dilakukan karena istri Siyono, Suratmi, juga mempercayakan Muhammadiyah untuk mencari keadilan atas kematian suaminya.

"Mas Dahnil, saya titip usaha saya kepada Muhammadiyah dalam mencari keadilan," ujar Dahnil menirukan ucapan Suratmi.

Napi Cipinang Pindah ke Rutan Cilodong, Tewas di Sel

Untuk itu, guna mencari keadilan atas kematian Siyono. Pihaknya segera mengautopsi jenazah Siyono yang sudah dimakamkan.

"Ya harusnya autopsi dilakukan Rabu kemarin. Tapi, batal digelar karena ada urusan teknis, autopsi kami tunda dan akan dilakukan dalam waktu dekat," ungkap dia.

Sebelumnya, Siyono, 33 tahun, warga Klaten, Jawa Tengah yang menjadi terduga teroris, meninggal pada Jumat siang, 11 Maret 2016. Dia tewas, setelah dijemput paksa dan diperiksa tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.

Tewasnya Siyono menurut kepolisian karena pria itu melakukan perlawanan terhadap aparat di dalam mobil yang membawanya.

Hingga dikembalikan kepada keluarga, jenazah Siyono belum diautopsi, sehingga penyebab pasti kematiannya belum bisa dipastikan secara medis.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya