Din Syamsuddin Yakin Deradikalisasi Tak Selesaikan Terorisme

Din Syamsuddin.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Agus Tri Haryanto.

VIVA.co.id – Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Din Syamsuddin mengkritik cara penanggulangan paham terorisme di Indonesia. Tindakan deradikalisasi atau pelurusan kembali pemahaman terhadap ajaran agama yang dilakukan terhadap para pelaku teror dinilainya tidak bakal memberikan efek yang diharapkan.

"Tindakan deradikalisasi malah membentuk radikalisme baru," ujar Din melalui pesan video kepada jemaah yang mengikuti pengajian bulanan Muhammadiyah di Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, 8 April 2016.

Pengajian malam ini bertema Pemberantasan Terorisme yang Pancasilais dan Komprehensif. Din mengatakan, jika memandang terorisme semata-mata berasal dari ajaran agama yang menyimpang, sama dengan mengenakan ‘kaca mata kuda’ dalam melihat permasalahan terorisme.

Faktor-faktor sampingan non-agama seperti kemiskinan dan kesenjangan sosial yang kentara menurut dia malah tidak diperhatikan. "Kalau menerapkan pengamatan dengan analisa kaca mata kuda, tidak lihat kiri kanan, hanya fokus terhadap satu faktor tunggal, ideologi keagamaan, kita seperti kehilangan arah, kehilangan jejak," ujar Din.

Din menegaskan penafsiran yang salah terhadap ajaran agama bukan satu-satunya penyebab paham terorisme menyebar. Di negara Timur Tengah, paham Islam radikal juga bisa menyebar akibat sebagian warga Arab merasa tertekan karena negara mereka digempur oleh pihak yang menyebut dirinya sebagai negara adi daya. Tindakan okupasi dan invasi terhadap negara Irak dan Afghanistan memicu reaksi berupa tumbuhnya paham radikal.

"Kelompok-kelompok teroris dan radikal yang berasal dari sana itu bukan kelompok agama. Mereka sebenarnya melakukan kekerasan politik dengan mengatasnamakan agama. Agama telah disalahgunakan," ujar Din.

Din mendesak pemerintah untuk tak lagi mengandalkan tindakan deradikalisasi sempit untuk menyelesaikan persoalan terorisme. Terorisme harus dipandang sebagai hal yang muncul karena beragam faktor seperti kemiskinan dan tindakan pemerintah sendiri terhadap orang-orang yang disebut teroris yang cenderung menekan.

"Saya meyakini terorisme tidak bisa diberantas jika tidak dengan cara yang komprehensif. Kalau sekarang, cara kita menangani terorisme justru melanggengkan terorisme itu sendiri," kata dia lagi.

Jokowi Sempat Malu karena Indonesia Belum Jadi Anggota Penuh FATF
Ikrar Napiter digelar secara hibrida di Lapas Gunungsindur Kabupaten Bogor, dan virtual di 8 Lapas Se-Indonesia.

72 Narapidana Terorisme Ucapkan Ikrar Setia NKRI

Sebanyak 72 orang narapidana terorisme dari 9 Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) seluruh Indonesia menyampaikan ikrar dan bersumpah setia terhadap NKRI.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024