Aksi Pembubaran Diskusi Sudah Tak Relevan

Komandan Kodim 0712/Tegal Letkol Inf Hari Santoso menunjukkan lima judul buku tentang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang disita dari sebuah mal, di Kodim 0712 Tegal, Jawa Tengah, tahun lalu.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

VIVA.co.id – Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran, Muradi menyatakan, respons kelompok masyarakat terhadap diskusi berpaham tertentu, terlalu reaktif. Bahkan menurutnya, aksi pembubaran yang dilakukan, tidak relevan lagi dalam konteks saat ini. 

Muhammadiyah: PKI Pernah Memberontak, Itu Nyata

“Para mahasiswa membahas perbedaan ideologi dalam ruang diskusi itu untuk melihat bahwa dulu pernah ada beragam ideologi. Bukan lantas untuk menumbuhkan ideologi tertentu karena itu sudah usang,” ungkapnya dalam Diskusi bertema ‘Awas Generasi Baru Palu Arit’ di Bandung, Jawa Barat, Rabu 18 Mei 2016.

Muradi mencontohkan, aksi pembubaran kelompok masyarakat terhadap agenda kelas teori Karl Marx, yang diselenggarakan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Daunjati ISBI Bandung. Menurutnya, teori sosial Karl Marx merupakan bagian dari paham tempo dulu, dan masuk bidang ilmu Sosiologi yang harus dipelajari.

Menko Luhut Ungkap Sisi Gelap Investasi China

“Begitu masuk kampus, paling tidak hanya sampai pada tahap kajian, tidak lantas mahasiswa berbelok beraliran kiri atau kanan. Ruang diskusi itu bagian dari menggali khasanah keilmuan. Respons berlebihan sampai membubarkan diskusi saya rasa tidak lagi relevan,” kata dia.

Tidak hanya itu, Muradi juga mengkritisi upaya untuk memberangus berbagai buku yang memuat teori komunisme.

Ke Bandara Berkaos Palu Arit, Wanita Deli Serdang Ditangkap

“Melalui buku, misalnya Palu Arit di Ladang Tebu, pemerintah justru terbantu karena melalui buku bisa membatasi ruang gerak paham-paham seperti komunis agar tidak tumbuh berkembang lagi,” ucap dia.

Logo Twitter.

Twitter Tak Sengaja Hapus Akun Antikomunis

Ada 100 akun yang terdampak.

img_title
VIVA.co.id
3 Juni 2019