Cerita Perempuan Yogya yang Melahirkan Saat Gempa Bumi

Prasasti 10 tahun gempa Yogyakarta di Kabupaten Bantul, Kamis (26/5/2016). Gempa ini menewaskan 6.000 orang pada tahun 2006.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Daru Waskita

VIVA.co.id – Evi Hariyanti (38), warga Dusun Gunungan Desa Sumbermulyo Kabupaten Bantul Yogyakarta mengaku tak bisa melupakan kejadian gempa bumi dahsyat pada sepuluh tahun lalu. Bagaimana tidak, perempuan yang tengah hamil anak pertama pada kejadian gempa 27 Mei 2006 silam ini terpaksa melahirkan ketika kondisi kampung halamannya luluh lantak oleh gempa.

Tunggakan BPJS di Bantul Capai 20 Miliar

"Minggu 28 Mei 2006 pagi, dengan dipinjamkan mobil dari teman mertua saya diantar ke rumah sakit bersalin yang kala itu isinya bukan orang akan melahirkan, namun orang yang sakit akibat gempa," kata Evi, Jumat, 27 Mei 2016.

Namun sial, cerita Evi, kesakitan untuk melahirkan tersebut kembali ditahannya hingga keesokan hari. Sebab, bayinya belum siap untuk dikeluarkan. Alhasil, Evi harus menahan sakit hingga 24 jam.

Nikmatnya Sambel Belut Pak Sabar di Kabupaten Bantul

Meski begitu, anak pertamanya pun tetap lahir dengan selamat. Hanya saja, lantaran rumahnya sudah luluh lantak akibat gempa, Evi terpaksa harus bertahan lagi di rumah sakit.

"Rumah sudah hancur. Keluarga hanya tinggal di bekas kandang tempat pakan sapi yang kotor dan jorok. Belum lagi debu dari reruntuhan rumah bertebaran di mana-mana," katanya.

Dampak Gempa Bali, Sejumlah Bangunan Rusak Ringan

Hingga akhirnya, setelah dirasa pulih, Evi dan keluarga pindah ke rumah saudaranya di Wonogiri yang berjarak cukup jauh dari Bantul dan kemudian bertahan lagi hingga dua bulan dan akhirnya kembali pulang ke Bantul.

"Kebetulan saat itu ada bantuan tenda dari negara Turki yang cukup bagus, sehingga hujan tidak kehujanan, dingin tidak kedinginan, meski jika panas masih sangat terasa," kata Evi.

Menurutnya, banyak pengalaman yang dipetik manakala Tuhan memberikan cobaan yang besar dengan bencana gempa bumi. Bahwa manusia tidak ada apa-apanya dengan alam, kebersamaan, saling membantu, gotong royong, mampu meringankan beban bagi yang sedang menderita.

"Rasa belas kasihan, kasih sayang kepada sesama tanpa mengenal suku ras agama dan golongan kunci keberhasilan dalam melewati cobaan," katanya.

Gempa Bumi Yogyakarta 10 tahun silam terbilang dahsyat. Lebih dari 4.000 orang dilaporkan meninggal dunia dan ribuan lainnya mengalami luka-luka. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya