Risma Frustrasi Dua Kali Gagal Beli Rumah Sukarno

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma.
Sumber :
  • Tudji Martudji/ VIVAnews.com

VIVA.co.id - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini alias Risma, mengaku nyaris frustrasi setelah dua kali batal membeli rumah kelahiran Proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno, di kota itu. Soalnya pemilik rumah di Jalan Pandean, Gang VI Nomor 40, itu terus menaikkan harga rumah.

PDIP Terbuka untuk Siapa Saja yang Mau Maju Pilkada Jakarta 2024

Risma menceritakan, awalnya Pemerintah Kota menawar membeli rumah bersejarah itu seharga Rp500 juta. Lalu pemilik rumah menaikkan harganya menjadi Rp900 juta.

Saat itu, Pemerintah Kota sudah menyepakati harga Rp900 juta dan telah menyiapkan uang Rp700 juta. Tetapi pemilik rumah kemudian ingkar janji dan malah menaikkan harga rumah menjadi berkali-kali lipat hingga Rp5 miliar.

Hakim Saldi Isra: Keterangan 4 Menteri Jokowi Bisa Bantu MK Putuskan Sengketa Pilpres

Risma berterus terang bahwa Pemerintah Kota keberatan dengan harga setinggi itu. "Kita (Pemerintah Kota Surabaya) itu memang ada dana, tapi tidak sebanyak itu. Kalau minta segitu, sisanya kita ambilkan dari mana,” ujar Risma kepada wartawan di Surabaya pada Jumat, 26 Juni 2016.

Dia masih berusaha membujuk pemilik rumah itu agar bersedia menjual bangunan itu dengan harga yang dapat dijangkau Pemerintah. Lagi pula, rumah itu bukan untuk kepentingan pribadi tetapi bakal dijadikan museum yang terbuka dikunjungi masyarakat.

Empat Menteri Jokowi Sudah Hadir di Gedung MK, Siap jadi Saksi Sidang Sengketa Hasil Pilpres

"Karena kita memang sudah punya itikad baik untuk menjadikan rumah itu sebagai peninggalan sejarah yang harus dilindungi," kata Risma.

Rumah berukuran 4x15 meter itu akan dijadikan Museum Bung Karno oleh Pemerintah Kota Surabaya. Pemerintah Kota telah menawar bangunan itu sejak tahun 2012. Awalnya ditawar Rp417 juta tetapi ditolak.

Sebelumya, Wakil Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana, mengaku sudah menghubungi pemilik barang-barang Bung Karno di Blitar. Orang itu, katanya, bersedia memberikan barang-barangnya asalkan Pemerintah Kota sudah membeli rumah itu.

"Jadi, memang syaratnya asalkan rumahnya sudah kita kelola. Makanya kalau sudah kita beli, maka dengan segera akan kita jadikan museum," kata Whisnu beberapa waktu lalu.

Selain menyiapkan anggaran untuk membeli rumah itu, Pemerintah Kota juga akan menyediakan anggaran untuk merenovasi rumah itu. Namun hingga kini Whisnu belum mengungkapkan nilai anggaran untuk merenovasi rumah itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya