Peluang Jadi Wapres Kecil, Alasan PKS Tak Dukung Jokowi

Kampanye PKS di Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta pada 2014.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA –  Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mohamad Sohibul Iman mengungkapkan, alasan partainya tidak mengusung Jokowi menjadi capres 2019 disebabkan hitung-hitungan rasionalitas politik.

Softbank Batal Investasi di IKN, Fraksi PKS: Jangan Perbesar APBN

Menurut dia, saat ini Jokowi sudah diusung banyak partai, sehingga jika partainya ikut mengusung Jokowi, maka peluang untuk memasukkan calon wakil presiden dari partainya akan sulit bersaing.

"Kalau dengan Pak Jokowi, ini persoalannya hitung-hitungan rasional politik. Pak Jokowi ini sekarang sudah didukung oleh sekian partai. Ada sekian calon wakil presiden. Nah kalau kami masuk di situ, boro-boro jadi capres, cawapres pun kami enggak mungkin," ucapnya di Bumi Perkemahan Cibubur, 8 April 2018.

Dia menjelaskan, saat ini, Majelis Syuro PKS mengamanatkannya untuk bisa memasukkan kader PKS untuk menjadi capres ataupun cawapres pada 2019. Maka rasionalitas politik tersebut menjadi sangat penting bagi partainya.

Kader PKS tersebut di antaranya Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, Salim Segaf Al'Jufrie, Tifatul Sembiring, Al Muzammil Yusuf, Mardani Ali Sera, dan Mohamad Sohibul Iman sendiri.

Dicopot dari Wakil Ketua DPRD DKI, Begini Kata Abdurrahman Suhaimi

"Sampai saat ini, keputusan Majelis Syuro hanya menyampaikan yang sembilan itu, kemudian kami diminta mencari siapa mitranya," ucapnya.

Meski begitu, kata dia, partainya belum berencana untuk mendeklarasikan akan mendukung siapa sebagai mitranya nanti dalam bursa pemilu 2019.

"Pak Jokowi saja belum mencalonkan diri. Kalau Pak Jokowi jadi capres, Pak Prabowo jadi capres, kan kita bisa milih, kita jadi cawapres mana yang paling memungkinkan secara rasional. Sekali lagi untuk ke Pak Jokowi itu sangat kecil kemungkinannya. Orang sudah ngantri begitu," ujarnya menambahkan.

Dia juga mengatakan, atas dasar hal itu, maka bukan berarti partainya memperhitungkan suka atau tidak suka kepada Jokowi, namun tetap karena perhitungan rasionalitas politik.

"Padahal amanat dari Majelis Syuro jadi capres atau jadi cawapres. Sebetulnya ini bukan masalah like dislike, tapi ini masalah hitungan rasional politik, gitu saja," katanya.
      

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya