Digadang Jadi Menhan, Prabowo Pernah Sebut Pertahanan RI Sangat Lemah

Prabowo saat bertemu Presiden Jokowi beberapa waktu lalu. Prabowo diprediksi menjadi Menteri Pertahanan.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Masuknya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dalam jajaran kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin tidak terlalu mengejutkan, meski tetap menyentak sebagian besar publik Indonesia. Prabowo selama ini dikenal sebagai kompetitor Jokowi dalam dua kali ajang pemilihan presiden.

Sidang Sengketa Hasil Pilpres 2024 Rampung, MK: Enggak Mungkin Kita Undang Banyak Pihak

Bersama kader Gerindra, Edhy Prabowo, Prabowo menginjakkan kaki di Istana Negara pada Senin sore 21 Oktober 2019. Usai bertemu Jokowi, mantan Pangkostrad ini mengatakan diminta membantu Jokowi di bidang pertahanan. Pernyataannya menguatkan spekulasi yang belakangan ini berkembang bahwa ia akan diangkat sebagai menteri pertahanan.

Dunia pertahanan keamanan tentu bukan barang baru buat Prabowo. Semasa karirnya di TNI, ia tahu persis soal ini. Bahkan pandangannya soal pertahanan keamanan sempat dibeberkan dalam debat capres 2019 keempat yang digelar di Jakarta, 30 Maret 2019.

Hakim Saldi Isra: Keterangan 4 Menteri Jokowi Bisa Bantu MK Putuskan Sengketa Pilpres

Selain soal hubungan internasional, tema debat menyangkut soal pertahanan keamanan. Masing-masing calon diminta membeberkan strategi memodernisasi alutsista dan almatsus di tengah keterbatasan anggaran.

Saat itu Prabowo mengatakan, pertahanan keamanan sangat penting bagi suatu negara. Kekayaan suatu bangsa kalau tidak dijaga dengan sistem pertahanan yang kuat, kata dia, tidak mungkin bisa dipertahankan. Bahkan ia sempat mengutip pernyataan ahli sejarah Yunani ribuan tahun lalu, bahwa yang kuat akan berbuat sekehendaknya dan yang lemah harus terus menderita.

Risma dan Menteri PKB Tak Ikut Buka Puasa Bersama Jokowi, Budi Arie: Jangan Didramatisir

"Saya menilai pertahanan Indonesia terlalu lemah, jauh dari yang diharapkan. Karena itu kita harus menjaga keuangan kita. Ke mana keuangan kita? Kekayaan kita? Harta kita tidak tinggal di Indonesia, karena itu kita lemah. Mau kita diplomasi apa? Apa kita sadar sebenarnya kita diejek?" kata Prabowo saat itu.

Diplomat negara lain, kata dia, memang terlihat tersenyum di depan kita. Namun mereka menganggap Indonesia tidak ada apa-apanya. Jadi, tidak ada pilihan lain agar pertahanan keamanan kuat, anggarannya harus ditingkatkan. Ia pun berniat membuat sistem anggaran yang baik agar tidak terjadi kebocoran dan mengurangi korupsi.

Anggaran pertahanan Indonesia yang sebesar Rp107 triliun masih terlalu kecil, karena jika dilihat postur APBN, besarnya hanya lima persen dan hanya 0,8 persen dari GDP. Berbeda dengan negara kecil tetangga Indonesia, Singapura, yang menganggarkan belanja pertahanan hingga 30 persen dari APBN-nya atau 5 persen dari GDP-nya.

Sudah anggaran kecil, di lingkungan TNI diperparah dengan budaya Asal Bapak Senang alias ABS. Kata dia, di TNI banyak bawahan yang hanya melaporkan semua aman terkendali. Padahal kenyataan sering tidak begitu. "Jadi mohon kita kaji, pertahanan sangat penting. Kita tidak mau ancam siapa pun, tapi kita lemah. Berapa (jumlah) peluru? Berapa hari (kecukupan) peluru kita kalau perang," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya