Ke Kampus, Hasto Ingatkan Pesan Bung Karno Soal City of Intellect

Hasto Kristiyanto di Unesa Surabaya
Sumber :

VIVA – Proklamator RI Bung Karno atau Soekarno, sempat berpesan agar kampus-kampus di Indonesia bisa menjadi city of intellect. Pesan Presiden RI pertama itu saat ini terus diingatkan oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto.

Hasto Bilang PDIP Tetap Pilih Jalan Ideologis Bersatu dengan Rakyat

Termasuk saat ia memberikan kuliah umum berjudul "Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Ekonomi Hijau dan Digital Menuju Indonesia Emas 2025" di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jawa Timur, Jumat 25 Februari 2022. 

Turut hadir Ketua DPP PDIP Prof Rokhmin Dahuri yang juga pemateri bersama Rektor Unesa, Prof.Dr. Nurhasan dan sejumlah kepala daerah wilayah Jawa Timur termasuk Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. 

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024

"Jadi kami datang ke kampus-kampus bersama Prof Rokhmin. Sejak tahun 1953 sejatinya Bung Karno sudah menegaskan kampus harus menjadi city of intellect, kampus harus menjadi pusat pengembangan peradaban Indonesia. Di dunia kampus inilah supremasi ilmu pengetahuan dan teknologi harus menjadi infrastruktur terpenting bagi kemajuan Indonesia Raya," jelas Hasto, dalam keterangan persnya.

Hasto kemudian menceritakan, bagaimana Bung Karno menyiapkan generasinya untuk membangun Tanah Air. Termasuk dengan menyekolahkan mereka ke luar negeri saat itu. Bahkan kepada AS, Bung Karno menegaskan kalau kekayaan Indonesia akan dikelola sendiri dengan konsep berdikari (berdiri di atas kaki sendiri).

Kampus-kampus di Amerika Serikat Banyak Demo, PM Israel Merasakan Ini

Tetapi menurutnya, hal itu berubah saat Orde Baru memimpin. Sumber daya alam dikelola oleh asing.

"Kalau Bung Karno melakukan dekolonialisasi, zaman Orde Baru terjadi rekolonialisasi kembali. Hutan kita dibabat, kekayaan alam kita diberikan, padahal saat Sukarno bertemu Eisenhower Presiden Amerika Serikat mengatakan, biarkan anak-anak muda Indonesia yang kami kirim ke luar negeri nanti yang akan membangun Indonesia dengan cara-cara berdikari," ungkap Hasto. 

"Ini adalah tugas kita. Bung Karno, Bung Hatta sosok pembelajar, sosok pemimpin yang negarawan, sosok yang tidak pernah menyerah. Bahkan beliau hanya tidur setiap hari rata-rata empat sampai lima jam per hari. Kita sudah bisa menikmati kemerdekaan itu," tambahnya. 

Atas dasar itu, sudah seharusnya kata Hasto, setiap kampus untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan tetap memegang teguh semangat berdikari seperti yang dicita-citakan Bung Karno.

Dia menegaskan, bahwa apa yang disampaikannya seusai fakta, kajian akademis dan tidak berbicara dalam politik praktis. 

"Jika dikit-dikit kita tergantung dengan asing, itu bertentangan dengan khittah perguruan tinggi. Jadi ini yang harus kita gelorakan," tambah Hasto. 

Peran perguruan tinggi dalam menerapkan ekonomi hijau adalah penting. Yakni penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemudian riset dan inovasi. 

"Riset dan inovasi macam apa? Riset dan inovasi yang berguna bagi kehidupan, riset dan inovasi yang membangun peradaban, riset dan inovasi yang bisa diaplikasikan bagi kepentingan rakyat," jelas dia. 

Hasto juga menyoroti masalah kepemimpinan. Dia menegaskan, sangat penting bagi kampus untuk melakukan kaderisasi kepemimpinan mahasiswa. Karena inilah aset bangsa.

"Pemimpin-pemimpin nasional lahir dari dunia kampus, maka perguruan tinggi harus menjadi pusat pengemblengan bagi calon-calon pemimpin bangsa 25 tahun yang akan datang," katanya. 

Ketua DPP PDIP Rokhmin Dahuri mengatakan, dirinya bersama Sekjen PDIP memang sedang merancang kunjungan ke kampus-kampus. Karena ekosistem kemajuan dimulai dari kampus. 

"Setelah Unesa, akhir pekan ini kami berencana berkunjung ke Kampus Syiah Kuala di Banda Aceh,. Nanti juga dilanjutkan dengan kampus lainnya" katanya.

Di tempat yang sama, Rektor Unesa, Prof.Dr. Nurhasan menyampaikan kiprah perguruan tinggi adalah menyiapkan generasi emas dan unggul yang akan memimpin Indonesia saat berusia 100 tahun. 

"Generasi emas yang kita siapkan harus menjadi generasi yang tangguh dan unggul. Harus berprestasi namun harus dilandasi dengan fondasi ideologi kuat karena tantangan nasionalisme semakin berat. Mereka lahir di era teknologi informasi dimana cara pandang berbangsa berbeda dengan kita," kata dia. 

Perguruan tinggi juga punya peran yang sangat penting, dalam menyelamatkan generasi. Terutama dari kesalahan dan sesat pikir dalam melihat bangsanya sendiri.

"Nilai instrumental yang berbasis ideologi Pancasila, seperti integritas, etos kerja dan gotong royong perlu ditanamkan secara mengakar dan membumikan nasionalisme di setiap dada para generasi emas ini," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya