- Dok. PPP.
VIVA – Prahara yang terjadi di internal Partai Persatuan Pembangunan atau PPP diduga didalangi pihak eksternal dengan memanfaatkan kader PPP. Tujuannya untuk menggemboskan partai berlambang Kabah tersebut.
Analis politik, Ahmad Rijal Ilyas menilai tuntutan agar Suharso Monoarfa mundur dari kursi Ketua Umum PPP juga untuk menurunkan eksistensi PPP dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Dia menganalisa sejak tahun lalu, Suharso sudah digembosi dengan isu-isu sensitif yang tak cocok diumbar ke publik.
"Internal rumah di bawa keluar tapi itu lah upaya-upaya tersebut yang dilakukan orang-orang yang menginginkan PPP ini lemah," kata Ahmad di kawasan Jakarta Pusat, Senin 27 Juni 2022.
Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa dalam acara silaturahmi KIB, Sabtu, 4 Juni 2022.
- VIVA.co.id/ Wilibrodus.
Ahmad juga menganalisa ada upaya-upaya memperlemah PPP ini yang berkaitan dengan solidnya KIB. PPP dianggap sebagai parpol yang mudah disusupi dan diperlemah ketimbang Golkar dan PAN.
"Golkar tak mungkin tergoyahkan. PAN tetap manut apa kata ketua umum, jarang gejolak PAN terjadi. Tapi, PPP itu punya pengalaman momentum-momentum polemik goyahnya PPP itu sudah tahu," jelasnya.
"Jadi, orang-orang yang tidak menginginkan koalisi Indonesia Bersatu itu solid mau nggak mau larinya ke PPP," ujarnya.
Lebih lanjut, Ahmad menduga upaya memperlemah PPP dan berkaitan dengan KIB ini condong diduga dilakukan pihak eksternal. Menurutnya, pihak eksternal coba menunggangi pihak internal PPP yang merasa sakit hati dengan partai.
Bagi dia, indikasi dari eksternal itu sangat mungkin terjadi. Ia menekankan karena tiga parpol di KIB punya rekam jejak sebagai parpol yang berpengalaman.
"Dalam perpolitikan Indonesia sangat berpengalaman. Tiga ini bisa jadi penentu. Nah mungkin saja terjadi pengembosan dari eksternal dia memakai kaki-kaki dari internal PPP yang mungkin sakit hati atau nggak suka," jelasnya.
Jelang Pemilu 2024, internal PPP dilanda gejolak. Muncul dua kelompok massa yang melakukan unjuk rasa di kantor DPP PPP, Jalan Raya Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat.
Saat itu, massa pengunjuk rasa menuntut Suharso mundur dari posisinya. Aksi demo itu sempat berakhir ricuh meski hanya berlangsung sekitar 15 menit.
Massa kader yang pro Suharso saling lempar batu dan botol air mineral. Namun, aparat kemudian langsung bertindak cepat dengan melakukan antisipasi agar kericuhan tidak meluas, dan akhirnya massa pun bisa dibubarkan.
