PDIP Dorong Kedaulatan Pangan Melalui Pengembangan Sapi Rakyat

Hasto Kristiyanto, Sekjen PDI Perjuangan
Sumber :
  • PDI Perjuangan

VIVA – PDI Perjuangan terus mendorong lahirnya kedaulatan pangan. Tidak hanya mengakut tanaman seperti padi. Tetapi juga adalah kebutuhan terhadap daging sapi, melalui pengembangan penggemukan bibit unggul sapi bali. Karena merupakan asli dari Indonesia.

Pengakuan Mengejutkan Johan Budi soal Revisi UU MK Dibahas Diam-diam di Komisi III DPR

"Mari kita canangkan Indonesia Berdaulat bidang pangan dengan mencukupi kebutuhan daging untuk rakyat yang kita kembangkan sendiri. Bagaimana dengan penggemukan sapi ini, Indonesia makin berdaulat di bidang pangan dan sekaligus menggelorakan perekonomian rakyat," kata Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, dalam keterangannya, Kamis 14 Juli 2022.

Itu disampaikannya dalam Forum Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan secara hybid dengan tema Penggemukan Sapi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan, hari ini. Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum, mengikuti secara daring. 

Gerindra Belum Dapat Informasi Soal Megawati-Prabowo Bakal Bertemu pada 17 Agustus

Sementara beberapa penegurus lainnya di kantor DPP PDIP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Seperti Hasto bersama Wabendum Rudianto Tjen, dan para Ketua DPP PDIP diantaranya Mindo Sianipar, Ahmad Basarah, dan Wiryanti Sukamdani.

Jelas dia, sebelumnya Ketum Megawati sudah memerintahkan tiga pilar partai menanam tanaman pendamping beras. Kini, PDIP memperjuangkan tercapainya kedaulatan pangan dengan menyediakan daging sapi terjangkau untuk rakyat.

PKS Buka Peluang Koalisi dengan PDIP, Edy Rahmayadi Berpotensi Diusung jadi Cagub Sumut

Spesies sapi Bali disebut bagus, karena perpaduan banteng dan sapi Jawa. Salah satu keunggulannya adalah bisa beranak hingga 17 kali, terbanyak dari ras sapi manapun.

"PDI Perjuangan melihat inilah wujud berpolitik bagi kami itu adalah turun ke bawah dan membawa program konkrit untuk rakyat. Maka dengan acara FGD ini, partai bergerak memberikan jawaban ke rakyat," urai Hasto.

Maka selanjutnya ke depan, PDIP akan mendorong para kepala daerah dari partai tersebut, untuk mengembangkan sapi bali dengan cara yang lebih moderen. Caranya, dengan mendirikan Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brinda) di wilayah masing-masing. Nantinya kantor riset itu yang bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat untuk makin memperdalam langkah serta cara pengembangan pangan ini.

"Sehingga pada G20 nanti sapi bali bisa going global. Jadi kita jangan bangga kalau masih impor sapi dari Australia dan India. Namun bagaimana nanti kita ekspor daging sapi bali, yang bisa dikembangkan di seluruh wilayah di Indonesia, menggerakkan ekonomi rakyat mengedepankan riset dan inovasi," jelasnya.

I Nyoman Parta, anggota Komisi VI DPR RI dikesempatan yang sama menjelaskan, terjadi defisit di Indonesia karena kebutuhan daging Indonesia itu 706.388 ton dengan produksi nasional 436.704 ton. Impor daging sapi 2022 mencapai 266.065 ton.

Sapi yang didorong PDIP ini dianggap bisa hidup di berbagai iklim, bisa makan apa saja, bisa beranak sampai 17 kali, kualitas daging kelas I sebanyak 53 persen. Selain itu, juga kandungan buliran lemak yang membuat aromanya baik, dan sapi bali terkenal pintar.

Namun pengembangannya selama ini terhambat. Sebab menurutnya, standar yang digunakan justru menggunakan sapi negara lain. Untuk itu, dia meminta pemerintah agar turun tangan mengatasi hal ini. 

Dari mengontrol bibit sapi, memberi pelatihan, disyaratkannya hotel dan restoran memakai daging lokal. Yang lebih penting adalah mendorong riset dan pengembangan daging lokal.

"Riset dan inovasi, serta pelatihan rakyat adalah salah satu kuncinya," kata Nyoman Parta.

Ketua DPP PDIP Bidang Koperasi dan UMKM, Mindo Sianipar mengatakan, bagi masyarakat yang tertarik dalam pengembangan penggemukan sapi bali, pihaknya siap untuk membantu.

"Peternakan sapi ini tentu ada skala ekonominya. Sehingga ada cara-cara gotong royong rakyat untuk bisa melaksanakan program penggemukan ini. Silahkan hubungi kantor PDI Perjuangan bidang kerakyatan," kata Mindo.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya