- VIVA/M Ali Wafa
VIVA Politik - Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa disebut-sebut akan membangun koalisi untuk menghadapi pemilu dan pilpres 2024. Bahkan, mereka berencana mendaftar ke KPU bersama-sama.
Sebelumnya, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan sudah lebih dulu membentuk koalisi. Malah sudah resmi yaitu Koalisi Indonesia Bersatu.
PDIP Bisa Sendiri
Selain partai-partai dan koalisi di atas, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjadi satu-satunya partai yang bisa mencalonkan capres-cawapres mereka sendiri. Artinya, tanpa berkoalisi dengan partai lainnya, mereka tetap bisa ikut berlaga di pilpres.
Baca juga: AHY: PD Terbuka dengan Semua Parpol tapi Intens ke PKS-Nasdem
Nasdem, Demokrat dan PKS
Nah, masih ada tiga partai lainnya yang sudah sering menggelar pertemuan dan menjalin komunikasi tapi masih belum secara resmi membentuk koalisi. Mereka adalah Nasdem, Demokrat, dan PKS.
Bagaimana bila ketiga partai itu gagal membangun koalisi, kemana akan berlabuh?
Bergabung ke KIB
Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menyatakan bahwa Nasdem kemungkinan akan bergabung dengan KIB.
"Asalkan Nasdem bisa mengusung Anies Baswedan sebagai capres, dan Airlangga Hartarto cawapresnya, atau sebaliknya, Airlangga capres, Anies cawapresnya," kata Ujang saat dihubungi VIVA, Senin, 8 Agustus 2022.
Demokrat Ajukan AHY
Ujang mengatakan Partai Demokrat juga akan berlaku sama. Partai itu akan bergabung dengan KIB jika AHY masuk dalam calon yang akan diusung Pilpres 2024.
Namun, Jika tidak bisa mengajukan AHY, maka mereka tidak akan mau masuk PDIP, juga KIB dan Gerindra-PKB. Begitu juga dengan PKS.
"Mereka akan main di tengah saja, akan memenangkan pileg saja. Kalau mereka tidak jadi berkoialisi, mereka akan berpencar, mengamankan pileg paling tidak," kata Ujang lagi.
Poros Keempat Diyakini Akan Terbentuk
Meskipun demikian, Ujang meyakini poros keempat yang terdiri dari Nasdem, Demokrat dan PKS akan terwujud.
Selain itu, ia menambahkan, soal koalisi tidak ada yang berdasarkan ideologi. Atau pun jika ideologi mereka sama, maka ideologi itu adalah kepentingan, pragmatisme.
"Mereka tetap akan berkoalisi karena soal harga diri dan soal mereka ingin menjadi penentu dalam koalisi, tidak ingin jadi follower. Jadi ingin menentukan dalam konteks koalisi memenangkan capres-cawapres yang akan didukungnya," katanya.