Program Makan Gratis Prabowo Dinilai Tidak Realistis, Pengamat Ungkap Alasannya

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto
Sumber :

Jakarta – Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan salah satu program yang akan dijalankan Prabowo Subianto adalah dengan memberi makan gratis. Program itu merupakan program jika Prabowo terpilih menjadi Presiden di 2024 mendatang.

Manfaatkan KITE, PT Sukses Komerindo Lepas Ekspor Perdana Sarung Tangan ke Australia

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu menyebutkan bahwa Prabowo akan memberikan makanan gratis setiap hari kepada pelajar, siswa pra sekolah, hingga ibu hamil agar mendapatkan gizi seimbang.

Anis Matta bersama Prabowo Subianto

Photo :
  • VIVA/ Natania Longdong
Luhut Wanti-wanti Prabowo Gak Bawa Orang Toxic, Ketum Projo: Itu Nasihat yang Bagus

Hal ini direspon oleh pengamat ekonomi, Andhika Nurwin Maulana. Ia mengatakan bahwa kebutuhan infrastruktur pendukung untuk pendidikan lebih dibutuhkan oleh para siswa dibandingkan dengan makan siang yang tidak realistis

“Kebutuhan infrastruktur pendukung untuk pendidikan lebih dibutuhkan oleh para siswa. Cawapres Prabowo Subianto menjanjikan program gizi yang seimbang kepada pelajar, siswa prasekolah, hingga ibu hamil dengan perkiraan anggaran hingga Rp. 400 triliun. Dari hal pemberian gizi tinggi adalah bukan tanggung jawab sarana pendidikan dan juga penggunaan dana yang sangat besar akan mengorbankan anggaran untuk program dan sektor lainnya yang lebih prioritas.” ujar Andhika dalam keterangan tertulis

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang Toxic ke Pemerintahan, Jokowi: Udah Bener

Menurutnya pula, anggaran pendidikan masih dibutuhkan untuk sebaran sarana pendidikan karena masih banyak daerah lain yang kekurangan infrastruktur pendidikan.

“Alokasi anggaran pendidikan masih sangat dibutuhkan untuk sebaran sarana pendidikan. Penggunaan anggaran yang sangat besar (Rp 400 triliun) sebenarnya bisa dialokasikan ke program lain seperti penambahan jumlah fasilitas pendidikan. Masih tingginya kebutuhan penambahan fasilitas pendidikan terutama masyarakat tidak mampu yang tinggalnya di daerah padat penduduk. Di daerah padat penduduk tersebut masih sangat terbatas jumlah sarana pendidikannya sehingga banyak anak tersebut akhirnya putus sekolah karena mereka tidak masuk ke dalam kuota maksimal di sekolah,” ujarnya

Ilustrasi siswa sekolah dasar, siswa SD, murid sekolah dasar, murid SD

Photo :
  • Antara

Andhika menjelaskan jika masih banyak kondisi sarana fasilitas pendidikan sekolah yang memprihatinkan dan perlu untuk dijadikan sebagai prioritas.

“Kebutuhan yang lebih penting yaitu fasilitas pendidikan sekolah yang masyarakatnya tinggal di daerah terpencil. Wilayah geografis Indonesia terbentang dengan banyak pulau dan pegunungan, sehingga sebaran jumlah fasilitas pendidikan juga harus mencapai daerah-daerah tersebut,” ujarnya

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya