Sumber :
- DPR.go.id
VIVA.co.id -
Anggota Komisi III DPR, Tubagus Hasanuddin, menganggap wajar ketakutan pemerintah Australia usai peristiwa peledakan di Paris, Prancis. Atas peristiwa tersebut, Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, meminta negara tetangga seperti Indonesia untuk melakukan pertukaran intelijen.
"Kenapa dia perlu kerja sama dengan Indonesia? Kita minimal harus melihat dua hal terkait fenomena terorisme. Keduanya berkaitan dengan Indonesia," kata Hasanudin di Gedung DPR, Jakarta, Jumat, 27 November 2015.
Hasanudin menjelaskan fenomena pertama terkait orang yang datang ke Australia. Menurutnya, sekarang tidak bisa diasumsikan bahwa teroris adalah orang berjenggot, dengan baju gamis, dan berteriak Allahu Akbar.
"Teroris sekarang bisa dengan mimik Amerika dan aksen Inggris," ungkap Hasanudin.
Ia menambahkan, orang-orang yang sudah tercatat dan dianggap berhaluan radikal akan mudah dideteksi Australia bila langsung masuk ke sana.
"Mereka bisa memanfaatkan wilayah Indonesia, seperti Bali, sebelum masuk Australia," ujar Hasanudin.
Belum lagi banyaknya wilayah jalur tikus melalui perairan Indonesia untuk masuk ke Australia. Hal ini menjadikan pemerintah negara Kanguru ini semakin khawatir.
Fenomena kedua terkait terorisme adalah radikalisme yang tumbuh di Australia. Kelompok-kelompok tersebut mempunyai hubungan dengan organisasi sejenis, termasuk dengan yang ada di Indonesia.
"Atas dasar itu Australia butuh kerja sama dengan Indonesia. Saya berharap kerja sama ini ditingkatkan. Sebagai tetangga harus saling melindungi," kata pensiunan jenderal TNI bintang dua tersebut.
Baca Juga :
List of Countries with the Most Widows
Kerja Sama Intelijen dengan Australia, RI Jangan Jadi Bumper
Kekhawatiran Australia terhadap aksi terorisme sangat wajar
VIVA.co.id
27 November 2015
Baca Juga :