Petronas Mendunia, dan Kisah Sang Guru Pertamina

Fasilitas produksi Petronas Petrochemical dan Terengganu Gas Terminal di Terengganu, Malaysia.
Sumber :
  • VIVA/Maryadi

VIVA – "Kami dulu belajar dengan Pertamina," kalimat ini kerap keluar dari petinggi Petronas saat para pemimpin redaksi bersama SKK Migas berkunjung ke fasilitas produksi Petronas Petrochemical dan Terengganu Gas Terminal (TGasT) di Terengganu, Malaysia. Kalimat yang sama juga terungkap dari beberapa pegawai Petronas di pusat kontrol produksi Petronas di Kualalumpur. Kini Petronas menjelma sebagai salah satu perusahaan raksasa minyak dan gas di dunia.

Kejar Target 1 Juta Barel Minyak Per Hari, SKK Migas Perkuat Manajemen Rantai Pasok

Mafhum jika Petronas kini masuk dalam jajaran 25 perusahaan minyak terbesar di dunia yang dirilis Forbes, dengan  tingkat produksi 1,2 juta barel per hari (BPH). Lebih besar dari produksi minyak Indonesia pada tahun 2017 sebesar 800 ribu BPH.

Dan kini Petronas memiliki fasilitas terintegrasi dan canggih yang mampu memproduksi bahan baku industri petrokimia berbasis gas di Kerteh, Trengganu Malaysia. Inilah yang membuat SKK Migas mengajak sejumlah media dan sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ke fasilitas ini.

Kunjungan Kerja ke Ciamis, PT Minarak Banyumas Gas Melaksanakan Komitmen Eksplorasi Migas

Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Migas, Sukandar dalam kunjungannya menyatakan, Indonesia ingin mempelajari lebih dekat fasilitas terintegrasi ini. "Keinginan Pak Amien (Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi) agar Indonesia juga bisa memiliki pabrik petrokimia," kata Sukandar di sela-sela kunjungan.

Sukandar mengatakan, Pertamina bisa membangun fasilitas yang sama. "Dan diharapkan, bisa bekerjasama dengan Petronas lewat joint venture," ujar Sukandar.

SKK Migas: Komersialisasi Migas Harus Prioritaskan Kebutuhan Dalam Negeri

Pengolahan petrokimia dan gas di Kerteh menjelma menjadi pusat pengolahan yang terintegrasi tidaklah seketika. Fasilitas ini dimulai sejak tahun 1983 dan terus berkembang hingga pada tahun 2016 lalu menjadi fasilitas yang terlengkap. Kerteh mengolah minyak bumi sebanyak 49 ribu barel per hari dari minyak jenis light sweet yang berasal dari dua rig di lepas pantai Malaysia di wilayah Trengganu.

Dua rig mengirimkan minyak mentah ke fasilitas ini, untuk diolah menjadi BBM dengan berbagai jenis oktan serta kimia dasar yang kemudian digunakan untuk produk rumah tangga, elektronik dan otomotif serta barang kebutuhan sehari-hari.

"Untuk BBM kebutuhan dalam negeri semua diambil dari sini. Jadi kami tidak impor dari negara manapun," ujar Fadhil Afiq, salah satu Operation Enginer kepada VIVA, Kamis, 25 Januari 2018.

Fadhil pun mengungkap hal yang sama bahwa Petronas belajar banyak dari Pertamina. Selain itu, teknologi untuk pengolahan fasilitas ini juga mengadopsi dari Jepang dan Korea.

Bukan hal yang mustahil rasanya, jika Pertamina nanti bisa menjadi perusahaan minyak besar dunia, sejajar atau bahkan lebih dari Petronas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya