RI Butuh Ekonomi China, Ini Salah Satu Penyebabnya

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA – Pertumbuhan ekonomi China pada tahun ini diperkirakan akan lebih rendah dari capaian 2017. Perdana Menteri China, Li Keqiang, mengatakan ekonomi negaranya akan dipertahankan di level 6,5 persen atau di bawah capaian 2017 sebesar 6,9 persen.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Langkah pemerintah China yang menurunkan target ekonomi 2018, bertujuan untuk mengurangi risiko sistem keuangan, sekaligus menjaga stabilitas ekonomi negara terbesar kedua di dunia.
 
Kebijakan penurunan pertumbuhan ekonomi tersebut, tentunya memberikan dampak langsung bagi laju ekonomi dunia tahun ini. Bahkan, langkah itu diperkirakan berpengaruh pada laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lalu seberapa negatif kebijakan China untuk ekonomi RI 2018?

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Pengamat Ekonomi dari PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, mengatakan langkah ekonomi China yang diambil tahun ini sudah terlihat sejak tahun lalu. Di mana China ingin fokus menekan risiko sektor keuangannya.

Selain itu, pelemahan ekonomi juga dilakukan China dengan menutup sejumlah pabrik-pabrik yang dinilai tak efisien serta banyak mengeluarkan polusi yang selama ini juga merugikan negaranya.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Pabrik notebook di China

Ilustrasi pabrik nootbook di China.

Ia mengungkapkan, atas sejumlah kebijakan tersebut dampak bagi ekonomi global pasti akan terjadi, khususnya volume perdagangan dunia diperkirakan akan menurun drastis dibandingkan tahun lalu.

Sedangkan, bagi Indonesia dampaknya akan sangat terasa pada kinerja ekspor sepanjang tahun, khususnya seperti komoditas batu bara dan komoditas mentah lainnya.

"Karena pemerintah China mulai akan menutup pabrik-pabriknya yang tidak ramah lingkungan maka ekspor ke Tiongkok dari Indonesia akan terpengaruh," Jelas Josua saat dihubungi VIVA.

Proses bongkar muat batubara di Dermaga Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap

Ilustrasi ekspor batu bara dari Indonesia.

Ia menjelaskan, dengan negatifnya ekspor Indonesia, tentu pada tahun depan neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan akan defisit. Di mana defisit transaksi berjalan diperkirakan melebar menjadi 1,8-2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dibanding 2017 yang hanya 1,7 persen dari PDB.

Sedangkan, lalu ekonomi Indonesia 2018, lanjut Josua diperkirakan hanya masih akan didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang diproyeksi masih tumbuh cukup baik.

"Dengan sejumlah kondisi tersebut pertumbuhan ekonomi domestik (Indonesia) pun diperkirakan hanya di kisaran 5,2-5,3 persen pada tahun ini," ujar Josua. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya