Industri 4.0 Disebut Potensi Besar untuk Pekerja Perempuan

Menteri PPPA Yohana Yembise.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Nur Faishal

VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat, dari seluruh pekerja perempuan di Indonesia, terdapat 30 persen di antaranya berada di bidang industri sains, teknologi, engineering, dan matematika. Karena itu, revolusi industri 4.0 dinilai berpotensi besar untuk meningkatkan persentase tersebut. 

Rektor IPDN Mendorong Kesiapan Hadapi Revolusi Industri

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, mengatakan, seorang perempuan berkualitas mampu menempatkan dirinya dalam peran yang sangat penting. Peran itu sebagai seorang ibu dalam mendidik generasi masa depan, maupun di ranah publik.

Meskipun, dia melanjutkan, masih ada sejumlah tantangan dalam menarik tenaga kerja profesional perempuan untuk bekerja di dunia industri. Dia pun optimistis peningkatan tersebut bisa terwujud. 

'Smart Mining' di Industri Pertambangan

"Hadirnya revolusi industri 4.0 seharusnya dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh kaum perempuan, karena memiliki prospek yang menjanjikan bagi posisi perempuan sebagai bagian dari peradaban dunia," ujarnya di Yogyakarta, Senin 23 April 2018.

Revolusi industri 4.0, menurut dia, merupakan era yang diwarnai oleh kecerdasan buatan (artificial intelligence), komputerisasi, rekayasa genetika, dan inovasi. Gejala ini sudah terlihat dan ditandai dengan banyaknya sumber informasi melalui dunia maya, salah satunya media sosial saat ini.

Dunia Terus Berubah, Inovasi Tak Bisa Ditawar-tawar

Yohana mengatakan, studi dari UNESCO pada 2015 menyebutkan bahwa rendahnya tingkat partisipasi pekerja perempuan di bidang industri, terutama disebabkan oleh persepsi lingkungan kerja di bidang itu merupakan domain pekerja laki-laki. Bidang itu melibatkan pekerjaan fisik dan tidak menarik bagi pekerja perempuan. 

Selain itu, masih banyak lulusan perempuan yang memperoleh gelar terkait industri sains, teknologi, engineering, dan matematika memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk mengejar karier dibandingkan laki-laki. 

"Di sini lah dibutuhkan peran perguruan tinggi dalam menggali potensi kaum perempuan agar menjadi lulusan yang kuat dan mampu menghadapi persaingan di era revolusi industri 4.0,” ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya