Dana Desa hingga THR PNS Dorong Daya Beli Nasional

Pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA – Volatilitas pasar finansial global saat ini telah berpengaruh kepada pasar keuangan dalam negeri. Hal tersebut diperkirakan masih akan berlanjut karena isu kenaikan suku bunga acuan The Fed, kebijakan proteksionisme Amerika Serikat, dan kondisi geopolitik di Suriah.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Namun, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai, kinerja pasar finansial Indonesia diperkirakan masih akan positif hingga akhir tahun 2018. Investor berpeluang mendapatkan potensi imbal hasil yang menarik dari volatilitas yang terjadi saat ini.  

Beragam faktor dari dalam negeri pun turut mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Seperti peningkatan belanja pemerintah dan ekspansi subsidi yang menopang daya beli, serta pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Chief Economist & Investment Strategist MAMI Katarina Setiawan dikutip dari keterangan resminya, Kamis 26 April 2018 mengungkapkan, investor tidak perlu panik dengan apa yang terjadi di pasar. Kenaikan suku bunga Amerika Serikat telah diantisipasi oleh pasar. 

Lebih lanjut Katarina menjelaskan, ada beberapa faktor pendukung pasar finansial Indonesia. Pertama, bank sentral di kawasan Asia secara umum tetap akan menjaga suku bunga rendah di tengah kenaikan Fed Rate.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

"Kebijakan suku bunga rendah tetap bisa dilakukan karena adanya stabilitas inflasi, sinkronisasi pertumbuhan global, dan prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," ujarnya.

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia

Kedua menurutnya, belajar dari pengalaman masa lalu, ketegangan dagang Amerika Serikat dan China kemungkinan besar tidak akan berkembang menjadi perang dagang. Lagi pula secara keseluruhan, tekanan perdagangan kawasan Asia ke Amerika Serikat masih cukup terkendali. 

Jika ketegangan meningkat, terdapat potensi bahwa daya saing produk Indonesia akan meningkat dan memberikan keuntungan bagi Indonesia. Ketiga, ketegangan geopolitik di Suriah yang kemungkinan meningkatkan kenaikan harga minyak, sebetulnya berpotensi meningkatkan PDB Indonesia. 

"Keempat, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sebagai kunci dalam meredam volatilitas pasar finansial,“ tambahnya.

Katarina mengatakan, pemulihan ekonomi masih akan terus berlanjut. Hal itu terlihat dari belanja negara pada dua bulan pertama 2018 mencapai 11,2 persen dari target. Sementara belanja sosial, yang menjadi kunci penting untuk menopang daya beli masyarakat, naik tajam. 

Pemerintah juga fokus menjaga daya beli masyarakat. Sejumlah inisiatif diluncurkan pemerintah untuk mendukung daya beli, seperti pemberian Tunjangan Hari Raya untuk Pegawai Negeri Sipil dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Kemudian penurunan tarif tol, peningkatan penyerapan dana desa, dan ketersediaan bahan bakar minyak subsidi yang lebih luas. “Untuk mendukung pertumbuhan manufaktur, pemberian insentif pajak korporasi diberikan untuk investasi baru dan bagi korporasi yang melakukan ekspansi.” (mus) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya