Ancaman Perang Dagang AS Bisa Rugikan Ekspor RI Rp25 Triliun

Sofjan Wanandi.
Sumber :
  • VIVAnews/Ahmad Rizaluddin

VIVA – Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengungkapkan ancaman perang perdagangan yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat terhadap Indonesia melalui peninjauan fasilitas Generalized System of Preference (GSP) atas 124 produk harus ditanggapi secara serius.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Pasalnya, jika fasilitas GSP tersebut benar-benar dicabut, maka Indonesia memiliki potensi kehilangan US$1,7-1,8 miliar (sekitar Rp25,7 triliun) dari total perdagangan Indonesia dengan AS dalam satu tahun yang mencapai US$20 miliar.

"Dari hitungan kita ekspor ke sana dan GSP yang dia berikan kemudahan dari pada memberikan special treatment untuk 0 persen itu, seandainya dicabut, kita rugi kira-kira sekian (US$1,8 miliar) dari US$20 miliar trade kita dengan AS," jelas Sofjan saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin, 9 Juli 2018.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Meski begitu, dia meyakini, dari 124 produk yang ditinjau tersebut, tidak semua fasilitas GSP dicabut oleh AS, sebab pemerintah AS di anggapnya juga masih memiliki beberapa kebutuhan terhadap produk asal Indonesia.

Selain itu, lanjut dia, beberapa produk yang tengah dilakukan peninjaun itu menurutnya ada di sektor pertanian hingga makanan.

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

"Tapi saya (rasa) enggak semua dicabut, cuma beberapa dia perlu juga. (Cuma yang sedang ditinjau) ada produk pertanian, ada produk perikanan, ada produk tekstil, garmen, dan makanan tentunya," ungkap Sofjan.

Tidak Membalas

Mantan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia itu pun mengungkapkan, pada dasarnya pemerintah tidak akan melakukan retaliasi atas tindakan AS tersebut. Sebab, menurutnya, proses peninjauan atau evaluasi fasilitas tersebut memang rutin dilakukan AS selama dua tahun sekali.

"Cuma ini dia minta kita serius untuk selesaikan. Yang paling penting menurut saya bagaimana kita mempersiapkan diri kita, bagaimana membantu pengusaha-pengusaha ini, karena pengusaha-pengusaha ini kan yang lebih intensif. Seperti inilah yang kita harapkan," ujar Sofjan.

Di samping itu, lanjut dia, pada dasarnya juga tidak dapat dikatakan Indonesia saja yang selalu memperoleh keuntungan dari perdagangannya dengan AS, sebab di luar sektor perdagangan, AS memiliki banyak investasi di Indonesia yang memberikan keuntungan besar bagi mereka.

"Kalau dibanding untuk itu sebenarnya enggak terlalu banyak surplusnya, ini harus kita kasih tahu, cuma jangan kita melihat dari segi trade saja, kita juga harus lihat dari segi investment Amerika yang ada di sini dan lain-lain. Jadi ini menurut saya yang kita harus lihat," papar Sofjan. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya