Kemendag Sebut Neraca Dagang RI Juli Bakal Defisit Lagi

Aktivitas bongkar muat petikemas
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA – Kementerian Perdagangan mengungkapkan, pada Juli 2018, neraca perdagangan Indonesia kemungkinan akan kembali mengalami defisit. 

Neraca Perdagangan RI Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Mendag: Bagian dari Keberhasilan Kemendag

Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Oke Nurwan di depan 500 eksportir dalam acara pertemuan yang digelar di Kantor Pusat Direktorat Jendral Bea dan Cukai, Jakarta. Defisit itu akan kembali terjadi akibat kinerja ekspor Indonesia yang masih lambat di bandingkan kinerja impor.

"Insya Allah menurut intel, Juli defisit lagi. Jadi kita akan lihat kinerjanya, ini yang melatarbelakangi kenapa dikumpulkan bapak ibu di bea cukai. Kenapa defisit melulu, bapak ibu kemana aja, apa masalahnya ekspornya kedodoran sama impor," jelas dia di lokasi, Selasa, 7 Agustus 2018.

Soal Utang Rafaksi Minyak Goreng ke Pengusaha, Kemendag: Mudah-mudahan Mei Selesai

Dia menjelaskan, dari ekspor selama ini yang didominasi oleh komoditas non-migas sebesar 91 persen. Sektor yang masih mengalami penurunan adalah sektor industri pertanian, sedangkan sektor industri pengolahan dan pertambangan mengalami peningkatan.

Meski begitu, kata dia peningkatan ekspor tersebut masih didominasi oleh barang-barang bahan baku asal impor. Sehingga hal itu dikatakannya menutupi pertumbuhan ekspor saat ini.

PB KAMI Laporkan Dugaan Oknum Pejabat yang Terima Suap Pengusaha Oli dan Sparepart Palsu

"Kalau kami urutkan dari yang impor, produk apa di antaranya untuk bahan baku penolong, peningkatan nya untuk baja lah. Pembatas jalan untuk besi dan baja meningkat hampir 600 persen. Ada lagi 200 persen untuk golongan kopi," papar dia.

Untuk itu, dikatakannya saat ini peran Kementerian Perdagangan akan diarahkan untuk bisa mengendalikan impor. Caranya adalah mensubstitusi produk impor bahan baku tersebut dengan komoditas primer yang selama ini mendominasi ekspor. 

Agar ekspor Indonesia bisa memberikan nilai tambah kepada neraca perdagangan Indonesia.

"Jadi harus segera kita dorong industri orientasi ekspor dan geser produk primer ke bernilai tambah tinggi melalui produk manufaktue atau olahan. Jadi jangan bahan baku primer terus yang diekspor," ujarnya.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya