Jokowi: Tol Trans Sumatera Paling Untungkan Riau

Pengaspalan jalan Tol Trans Sumatera Ruas Palembang-Indralaya (Palindra)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

VIVA – Di hadapan tokoh adat dan masyarakat Riau, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa tol Trans Sumatera yang dibangun saat ini menguntungkan provinsi tersebut. Karena tol itu menyambungkan Riau dengan Sumatera Barat dan Sumatera Utara. 

LMAN Kucurkan Rp650 Miliar untuk Pembebasan Lahan Tol Binjai-Langsa

"Malam-malam saya hitung-hitung, ini yang dapat keuntungan yang paling banyak adalah siapa? Ternyata adalah Provinsi Riau," kata Presiden Jokowi, di Balai Lembaga Adat Melayu Riau, Pekanbaru, Sabtu 15 Desember 2018.

Riau diuntungkan lantaran, juga ada lajur penyambung atau feeder jalan tol yang masuk ke daerah itu. Baik dari Sumatera Barat hingga yang ke Aceh. 

Jokowi Resmikan Jalan Tol Binjai-Stabat, Intip Spesifikasi Tolnya

"Karena selain jalan tol dari Lampung sampai Aceh, Riau berada pada tempat strategis tetapi memiliki feeder jalan tol cabang yaitu ke Padang, Dumai, dan Sumut sehingga ini berada pada poros yang strategis," jelas Jokowi. 

Dia menceritakan, bahwa 40 taun lalu Indonesia adalah percontohan dari negara-negara ASEAN hingga China mengenai tol. Yakni, tol Jagorawi yang dibangun pada 1978 an. 

Jokowi Resmikan Jalan Tol Penghubung Sumatera Utara dan Aceh

"Malaysia lihat, China lihat, Vietnam lihat. Semuanya lihat jalan tol ini, manajemennya seperti apa, konstruksinya seperti apa, cara pengelolaanya seperti apa," katanya. 

Namun justru negara-negara yang awalnya belajar dari Indonesia, kini jauh lebih cepat perkembangan jalan tol nya. 

"Kita hanya memiliki sampai 2014 (sepanjang) 780 kilometer. Yang dulu belajar dari kita, melihat kita, saya berikan contoh yang paling ekstrem Tiongkok itu sudah lebih memiliki jalan tol 280 ribu km. Artinya ini ada sesuatu yang harus kita lakukan," katanya. 

Maka pada empat tahun pemerintahannya, Jokowi mengaku fokus benar pada pembangunan infrastruktur. Yang akan menyambungkan dari daerah atau pulau ke wilayah lain. 

Jika tidak, maka ongkos logistik akan jauh lebih tinggi. Karena tidak ada akses yang cepat.

"Mobilitas barang, orang, dan logistik akan sangat ditinggal oleh negara-negara lain. Akhirnya semua akan menjadi mahal," katanya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya