Logo DW

Mampukah Pariwisata Bali Bertahan di Tengah Badai Corona?

picture-alliance/NurPhoto/D. Roszandi
picture-alliance/NurPhoto/D. Roszandi
Sumber :
  • dw

“Saya berpikir bahwa tidak akan lama mereka (pelaku usaha) bisa bertahan. Mereka bisa banting setir, itulah cara mereka bertahan. Tetapi perlu diingat itu hanya sementara mereka bisa lakukan. Pemerintah harus hadir,” ujar Taufan kepada DW Indonesia.

Taufan mendorong pemerintah untuk memberikan insentif yang merata kepada para pelaku usaha. Di samping itu, saling bahu-membahu antar pelaku usaha pariwisata jadi hal yang wajib dilakukan.

“Pelaku pariwisata semuanya di daerah masing-masing saling membantu. Yang kuat membantu yang lemah, perusahaan besar membantu perusahaan yang kecil. Desa wisata yang sudah mapan membantu desa wisata yang lain. Apa kebutuhan saling membantu, pekerjaan, hasil produk, itu yang namanya solidarity on survival,” paparnya.

Penerapan program CHSE

Direktur Pengembangan Destinasi Regional II Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Wawan Gunawan, mengakui kondisi pariwisata Bali saat ini merupakan yang terburuk sepanjang sejarah.

“Tingkat hunian hotelnya mencapai 0,“ terang Wawan dalam pernyataan tertulisnya kepada DW Indonesia, Selasa (08/09).

Ia menyampaikan Kemenparekraf terus “melengkapi dan menyempurnakan fasilitas destinasi wisata di Bali untuk menyambut wisatawan di masa adaptasi kebiasaan baru“ antara lain melalui program Bali Rebound yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu. Empat kawasan destinasi favorit di Bali, yaituNusa Dua, Pantai Kuta, Pantai Pandawa dan Uluwatu dipilih sebagai lokasi kegiatan.

“Kemenparekraf memberikan berbagai fasilitas, di antaranya alat pendukung kebersihan, kesehatan, dan keamanan berupa wastafel, sapu pantai, tempat sampah, thermo gun, disinfektan, pemasangan signage atau rambu Sapta Pesona dan papan informasi,“ paparnya.