Ada Kudeta Militer, Bank Dunia Cium Kemunduran Ekonomi Myanmar

Warga Myanmar di Yangon mengantre di ATM setelah terjadi kudeta militer
Sumber :
  • Twitter Khit Thit Media

VIVA – Bank Dunia menyatakan keprihatinannya tentang situasi kudeta militer di Myanmar usai dilakukanya pengambilalihan kekuasaan pemerintahan sipil oleh pihak militer. Kondisi itu berisiko munculkan kemunduran ekonomi dan prospek pembangunan Myanmar.

Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tumbuh 5,11 Persen, Airlangga: Tertinggi Sejak 2015

Dilansir dari Channel News Asia, pada Selasa 2 Februari 2021, dijelaskan bahwa Bank Dunia sangat prihatin akan keselamatan dan keamanan masyarakat Myanmar, termasuk kepada sejumlah staf bank dunia di negara tersebut.

Hal itu menyusul upaya paksa pihak militer Myanmar menguasai pemerintahan dengan menutup sejumlah jalur komunikasi baik di dalam negeri maupun komunikasi ke dunia luar.

Tumbuh 5,11 Persen, Ekonomi RI Kuartal I-2024 Lebih Tinggi Dibanding Negara-negara Ini

Seperti diketahui, militer Myanmar menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Panglima Militer Jenderal Min Aung Hlaing dan memberlakukan keadaan darurat selama setahun, dengan alasan menanggapi hasil pemilu yang dinilai banyak alami kecurangan.

Langkah tersebut kemudian memicu kecaman dari para pemimpin dunia dan ancaman sanksi baru oleh pemerintah AS, dan menambah pertanyaan tentang prospek satu juta pengungsi Rohingya.

Viral Selebgram Tiduran di Jalan Rusak dan Suarakan Pertumbuhan Ekonomi Melambat!

Bank Dunia mengatakan telah menjadi mitra yang berkomitmen dalam mendukung transisi Myanmar menuju demokrasi selama dekade terakhir, serta upayanya untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan yang luas dan peningkatan inklusi sosial.

"Kami tetap berkomitmen untuk tujuan ini. Pikiran kami bersama rakyat Myanmar," kata Bank Dunia.

Sementara itu, situs Bank Dunia mencatat komitmen pinjaman Bank Dunia ke Myanmar pada 2020 telah mencapai US$900 juta, dari sebelumnya pada 2017 mencapai US$616 juta.

Dari sejumlah upaya pembangunan tersebut, Bank Dunia mencatat ada peningkatan terukur dari kesejahteraan sosial sejak negara itu kembali terbuka pada 2011. Di mana angka kemiskinan turun menjadi 25 persen pada 2017 dari sebelumnya 48 persen pada 2005.

Kemudian, momentum reformasi melambat setelah pada 2016 ketika pemerintah sipil yang baru terpilih berjuang keras mendefinisikan visi ekonomi. Karena, ingin pembangunan berkelanjutan yang ambisius dan menghidupkan kembali agenda reformasi ekonominya.

Bank Dunia juga menperkirakan pertumbuhan ekonomi Myanmar pada 2020 hanya mencapai 0,5 persen. Kondisi itu masih dapat terkontraksi sebesar 2,5 persen jika pandemi COVID-19 terus berkepanjangan.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya