Di Hadapan Akademisi MIT, Luhut 'Pamer' Potensi Energi Terbarukan RI

Menko Marves Luhut Pandjaitan di MIT.
Sumber :
  • Instagram @luhut.pandjaitan

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mengunjungi Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Boston, Amerika Serikat, guna memenuhi undangan dari MIT Energy Initiative.

Luhut Siap jadi Penasihat Prabowo, Petinggi Gerindra: Yang Ini Juga Belum Kita Bahas

Melalui postingan di laman Instagram pribadinya, @luhut.pandjaitan, dia menegaskan kepada para hadirin di sana bahwa Indonesia hari ini adalah sebuah kekuatan yang harus diperhitungkan. 

"Bukan karena negara yang besar dalam jumlah populasinya, tetapi juga kekayaan sumber daya alam yang potensial untuk sumber energi baru dan terbarukan," kata Luhut sebagaimana dikutip dari postingannya, Kamis 15 September 2022.

Hadiri Upacara Penjernihan Air di World Water Forum 2024, Luhut: Komitmen RI Lindungi Alam

Baca juga: Panas Bumi RI Berlimpah, Kementerian ESDM: Modal Besar Transisi Energi

"Jadi bukanlah angan-angan belaka jika kami memiliki visi menjadi negara maju di tahun 2045 nanti," ujarnya.

Luhut Tegaskan RI Harus Jadi Contoh Transisi Energi Berkeadilan

Luhut mengaku sadar bahwa untuk menggapai cita-cita mulia itu, tentunya dibutuhkan kerja keras. Mulai dari pemulihan ekonomi pascapandemi, transformasi ekonomi yang mulanya berbasis komoditas menjadi berbasis industri, peningkatan efisiensi melalui digitalisasi, dan peningkatan ketahanan ekonomi melalui pemberdayaan ribuan desa yang tersebar di seluruh pelosok negeri.

"Sampai mengurangi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan juga transisi energi," kata Luhut.

Proyek Pembangkit Listik Panas Bumi (PLTP) Karaha di Tasikmalaya, Jawa Barat

Photo :
  • ANTARA FOTO/Adeng Bustomi

Dia juga menunjukkan kepada hadirin bagaimana Indonesia berupaya menyinergikan pemulihan ekonomi pascapandemi, dengan tetap memegang komitmen untuk dekarbonisasi seperti negara G20 lainnya.

Untuk itu, berbagai upaya dilakukan Indonesia, mulai dari mengurangi ketergantungan pada PLTU yang bahan bakar utamanya adalah batu bara, pengembangan industri hijau baru seperti kendaraan listrik, baterai, dan hidrogen, hingga berinvestasi dalam teknologi dan proses efisiensi energi.

Teknisi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) tengah melakukan quality control di pabrik PT Sanghiang Perkasa (KALBE Nutritionals) Cikampek, Jawa Barat, Jumat (8/7/2022).

Photo :

Luhut menambahkan, seluruh pekerjaan ini tentu membutuhkan sumber daya dan dukungan yang besar dari komunitas Internasional, agar Indonesia dapat mengakses teknologi. Termasuk mengakses pendanaan yang saat ini hanya dinikmati oleh negara maju, agar ke depannya transisi energi yang berkeadilan bisa diterapkan di seluruh negara di dunia.

"Jika upaya ini berhasil, saya rasa Indonesia bisa menjadi 'role model' bagi negara berkembang lainnya untuk mewujudkan hal baik ini bersama-sama," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya