Dirut BNI Ungkap Strategi Hadapi Ancaman Resesi Global 2023

Gedung BNI.
Sumber :

VIVA Bisnis – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI telah memiliki strategi dalam menghadapi ancaman resesi global yang disebut bakal terjadi tahun 2023 mendatang. Di sektor perbankan, yang paling diwaspadai adalah volatilitas nilai tukar mata uang.

Jokowi Ungkap Ketakutan Negara Dunia Saat Ini, Wamenkeu Bicara Dampaknya ke RI

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengatakan volatilitas yang cukup tinggi itu disebabkan sejumlah faktor, seperti kenaikan suku bunga dan inflasi di berbagai belahan dunia.

"Untuk itu, perkembangan pertumbuhan bisnis kita juga coba kita sesuaikan dengan kondisi yang ada," kata Royke dalam telekonferensi, Senin 24 Oktober 2022.

Ringankan APBN, Indonesia Re Godok Skema Pembiayaan Rekonstruksi Akibat Bencana

Ukur Kondisi Likuiditas

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar.

Photo :
  • M Yudha P / VIVA.co.id
Dukungan BUMN Bikin Olahraga Indonesia Semakin Moncer

Royke menjelaskan, BNI saat ini juga terus berupaya untuk mengukur kondisi likuiditas, karena era suku bunga rendah sudah berakhir. Upaya BNI yang juga mulai menjaga likuiditas itu, antara lain tercerminkan dengan target LDR (loan to deposit ratio) di  bawah 90 persen.

"Dan pertumbuhan kredit juga coba kita jaga sekonservatif mungkin, sehingga kami yakin likuiditas kredit dan permodalan itu masih cukup aman untuk BNI dalam situasi krisis global seperti sekarang ini," ujarnya.

Meski demikian, Royke memastikan bahwa ancaman resesi global di tahun 2023 itu, tidak berarti akan membuat BNI 'stuck' dalam melangsungkan kinerjanya. Dia menegaskan bahwa upaya penyaluran kredit akan tetap dilakukan oleh BNI yang tentunya dengan sewaspada mungkin.

"Kita tetap akan menyalurkan kredit secara prudent dan konservatif, sehingga kami yakin kami bisa kendalikan NPL (non-performing loan) juga," kata Royke.

Bahkan, Royke juga membeberkan sejumlah cara dan strategi yang akan ditempuh BNI, guna menghadapi berbagai tantangan yang bakal dihadapi perekonomian nasional dan global di tahun 2023 yang penuh ketidakpastian tersebut.

"Jadi secara likuiditas, memang tahun depan akan cukup tight. Untuk itu kami sudah antisipasi untuk menjaga likuiditas yang cukup dan pertumbuhan kredit yang sehat, dengan permodalan yang saat ini kami rasa cukup baik untuk kita menghadapi ancaman resesi global," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya